TUGAS
PEREKONOMIAN
INDONESIA
Oleh
Kelompok
V
Nama
Kelompok :
Mitro
Yampison Faot
Susan
Rupidara
Opriany
Lussie
Hadiana
M. Muni
Natalia
M. Corebima
Maria
Anisa Fahik
Rafel
Wetuduru
Dosen
Mata Kuliah
Lorens riwu,S.Sos.MM
AKADEMI
KEUANGAN DAN PERBANKAN
(AKUB)
EFFATA KUPANG
2015
2015
Kata Pengantar
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah
yang berjudul “PEREKONOMIAN INDONESIA” pada BAB II bagian E dan BAB III bagian
A.
Penulisan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas dan
persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah “PEREKONOMIAN INDONESIA” pada Akademi Keuangan dan Perbankan (AKUB)
Effata Kupang .
Dalam Penulisan Resum ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan tugas ini.
Dalam penulisan Makalah ini kami menyampaikan ucapan terima
kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua,khususnya bagi kami
sebagai penyusun.
Kupang,
02 Oktober 2015
Penyusun
ii
Daftar Isi
Judul
…………………………………………………………………………………………………..
i
Kata Pengantar
………………………………………………………………………………………… ii
Daftar
Isi……………………………………………………………………………………………….
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang………………………………………………………………………………… 1
1.2
Tujuan
Penulisan………………………………………………………………………………
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kerangka kerja transisi demokrasi bidang
ekonomi……………………………………………… 2
BAB III
AGENDA REFORMASI TINJAUAN
EKONOMI POLITIK
3.1 Area Reformasi sebuah tinjauan ekonomi
politik……………………………………………… 8
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….…………… 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Transisi adalah suatu peralihan dari suatu tahap ke tahap
lainnya yang lebih baik, sedangkan transisi
demokrasi
yang kini
sedang di alami bangsa indonesia adalah kebutuhan atau keinginan yang sangat
mendalam untuk meninggalkan buruknya kinerja ekonomi dan praktik-praktik atau
perilaku individu dan pemerintahan yang telah menimbulkan kemiskinan,
ketidaktahuan, kesenjangan, dan ketergantungan. Untuk memperbaiki kondisi
ekonomi seperti itu, perlu adanya prasyarat-prasyarat yang harus dijadikan
kebijakan jangka pendek itu, misalnya stabilitas politik dan keamanan dan
pemerintahan yang efektif. Dan perlu disadari meskipun pemulihan ekonomi
tergantung pada persyaratan-persyaratan tersebut, namun tidaklah berarti
pemulihan eonomi akan sepenuhnya brhenti tanpa persyaratan tersebut.
Dalam kesempatan ini, kami akan membahas tentang
bagaimana kerangka kerja dari transisi demokrasi di bidang ekonomi bangsa
indonesia.
1.2
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Kerangka kerja transisi demokrasi bidang ekonomi ?
2. Mengetahui Area Reformasi sebuah tinjauan ekonomi politik ?
?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KERANGKA
KERJA TRANSISI DEMOKRASI BIDANG EKONOMI
Bangsa Indonesia pernah mengalami transisi demokrasi
yaitu, masa dimana Bangsa Indonesia merasakan kebutuhan dan keinginan untuk
meninggalkan buruknya kinerja ekonomi dan praktik-praktik yang dilakukan oleh
perilaku individu maupun pemerintah, yang mengakibatkan adanya kemiskinan,
ketidaktahuan, kesenjangan dan ketergantungan. Dan untuk mengatasi masalah
tersebut forum “Mengawal Transaksi Demokrasi” mengajukan beberapa alternative
pemulihan ekonomi dalam 2 tahap yakni :
·
Jangka pendek memunculkan prasyarat-prasyarat perbaikan
ekonomi dan memperbaiki beberapa masalah perekonomian yang dapat dicapai dalam
waktu singkat, misalnya mencegah ketergantungan dengan Negara lain dengan
memanfaatkan SDA dan SDM yang ada di dalam negeri.
·
Jangka menegah dan panjang adalah untuk
membangun perekonomian tepatnya pada pemerataan pembangunan, pemberdayaan
kemandirian dan kejujuran, dan keberpihakan pada ekonomi kecil dan menengah.
1.
Pengetasan
kemiskinan
Kemiskinan
diartikan sebagai akibat dari ketiadaan demokrasi, Adanya kekuasaan sehingga
menghilangkan warna suatu Negara untuk memutuskan masalah tersebut. Dengan kata
lain kemiskinan di Indonesia disebabkan sangat terbatasnya peluang atau
kesempatan yang dimiliki oleh kelompok tersebut dslam mengakses sumber daya
pembangunan.
Keterbatasan
peluang ini juga disebabkan oleh politik yang otoritarian dan tidak berpihak
pada golongan lemah dan mengakibatkan adanya pola insentif institusional yang
bersifat mencari keuntungan pribadi/golongan, otoriter, dan sentralistik.
Oleh karna itu, untuk mengatasi
kemiskinan tersebut perlu adanya langkah-langkah untuk merombak struktur yang
otoritarian dan monopolistic, dengan strategi penguatan posisi politik dan
ekonomi masyarakat miskin.
-
Penguatan posisi politik dengan cara
pengorganisasian diri masyarakat miskin dengan cara memberikan peraturan yang
memfasilitasi.
-
Penguatan posisi ekonomi dengan cara
mengubah struktur ekonomi yang monopolistic dan anti persaingan menjadi
struktur yang lebih adil dan kondusif.
2
Dan untuk mewujudkannya,
perlu adanya upaya yang simultan dan komprehensif sebagai berikut :
·
Investasi di bidang SDM, khususnya
pendidikan dasar
·
Menyusun kebijakan yang mengarah pada
stabilitas ekonomi
·
Menciptakan lingkunganyang bebas bagi
usaha kecil
·
Meningkatkan akses kepada kelompok ekonomi
kecil, yaitu terutama modal, tanah, serta IPTEK
·
Melakukan deregulasi terhadap komoditi
yang pemasarannya di pegang oleh pemerintah
·
Mengubah insentif institusional bagi
birokrat di tingkat lokal.
·
Menghapus berbagai pungutan bagi usaha
kecil
·
Membiarkan penyedian kredit berjalan
dengan mekanisme pasar
·
Memberikan subsidi kepada institusi yang
mempunyai kinerja baik.
·
Mendorong pembentukan lembaga akreditasi
nirlaba bagi institusi keuangan yang independen
·
Meningkatkan transparansi dan
accountability
·
Mendorong pembiayaan oleh lembaga
perbankan terhadap usaha kecil
·
Melonggarkan perizinan pendirian
organisasi
·
Menyediakan lembaga konsultasi bagi
masyarakat paling miskin
·
Memacu penyediaaan lapangan pekerjaan yang
memperkuat integrasi social
·
Mencabut distorsi kebijakan terhadap
produsen pertanian
·
Mendorong investasi pada infrastruktur
fisik.
2.
Menghapus
kesenjangan antar daerah
Kesenjangan antar daerah adalah
realita yang mengambarkan jarak ekonomis dan SDM antar daerah di Indonesia
akibat pembagunan yang terjadi akhir-akhir ini.
Upaya
yang dilakukan pemerintah adalah mencangkan pemberdayaan daerah dan
desentralisasi. Proses desentralisasi itu harus dilaksanakan dengan cara
memperbaiki keuangan derah di pusat maupun daerah, sehingga bisa diperoleh
kebijakan perpajakan yang adil dan berpihak pada rakyat kecil dan pajak itu
juga semata-mata ditujukan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan
pelayanan public kepada masyarakat.
Dampak pemberdayaaan daerah dan
desentralisasi meliputi :
·
Tingkat KKN di daerah bertambah
·
Penyelenggaraan pelayanan pemerintah
bertambah parah
·
Deficit anggaran makin bertambah parah
·
Ketidakstabilan politik dan ancaman
disintegrasi
3
Beberapa langkah yang
perlu dilakukan dalam menjadikan otonomi daerah dan desentralisasi tidak
bersifat kontraproduktif adalah dengan :
·
Mengelola ekspektasi daerah
·
Mengelolah masa transisi
·
Mengelola keuangan APBN dan APBD dengan
meminimalkan defisit anggaran
·
Mendefinisikan pengeluaran dan penerimaan
·
Melakukan pengolahan keuangan, penggunakan
dan sistim monitoring berdasarkan prinsip transparansi dan akuntabilitas
·
Memberikan layanan public berupa
pendidikan dan kesehatan
·
Mengoptimalkan penanganan masalah social
seperti pengungsi, fakir dan anak terlantar.
3.
Pemerataan
akses informasi ekonomi
Hambatan
terbesar yang dialami oleh pengusaha kecil dalam mengakses informasi kredit
formal, yakni masih rendahnya akses pengusaha kecil itu sendiri terhadap
informasi kredit-kredit formal.Oleh karna itu perlu adanya lembaga dan jaringan
informasi kredit untuk meningkatkan usaha kecil menengah (UKM) kepada kredit
perbankan.
Langka-langkah yang diperlukan untuk
mengatasi masalah itu adalah :
·
Mendorong pengorganisasian diri
·
Menyediakan media bagi kalangan usaha
kecil
·
Memberikan pelatihan atau pedidikan
keterampilan gratis
·
Mengembangakan sumber daya manusia
4.
Pengelolaan
utang sebagai pendorong reformasi
Krisis
utang di Indonesia sangat panjang, karena itu pemerintah perlu menyadari bahwa
tekanan utang merupakan alat untuk memaksa diri melakukan reformasi, tidak
hanya dianggap beban semata, yang terpenting adalah vision statement “bagaimana
mengelola utang secara lebih baik dan untuk tujuan baik”, perlu juga di
sosialisasikan tentang persepsi masyarakat dan pemerintah di dalam soal
penanganan utang. Artinya, semua pihak harus memandang utang secara bertanggung
jawab dengan memperhatikan konsep keadilan social, dan dapat bersama-sama dalam
menyelesaikan utang nasional.
Masalah
yang dihadapi saat ini adalah beratnya beban utang itu sendiri yang mencapai50
persen dari anggaran.Karena itu pemerintah harus dapat melakukan negosiasi
untuk meminta waktu melakukan restrukturisasi, menunjukan kesungguhan dalam
memenuhi kewajiban, dan menunjukan langkah-langkah konkret untuk mengurangi
beban utang.pemerintah , juga DPR perlu menyadari pentingnya agenda reformasi
keuangan. Pemerintah terutama DPR juga meningkatkan kapasitas penelitian
(research) sehingga dapat membuat keputusan yang bijaksana dan di dasarkan pada
informasi yang tepat.
4
Beberapa lngkah yang diambil
penyelenggara Negara dalam rangka mengurangi beban utang meliputi :
·
Melakukan kebijaksanaan merubah subsidi
harag menjadi target subsidi
·
Meningkatkan efisiensi pajak.
·
Pemerintah perlu menyusun strategi yang
terkoordinasi dalam masalah penjualan asset Negara dan program privatisasi.
·
Mengelola recovery rate yang realistis
·
Menyususn prosedur penjualan asset yang
jelas
·
Menentukan bahwa tujuan privatisasi dan
penjualan asset Negara bukan hanya mendapatkan revenue tetapi juga mengurangi
beban pemerintah.
·
Menyusun rencana privatisasi yang rasional
dan konsisten
·
Pemerintah harus jujur, berani, dan
transparan dalam memberikan keterangan tentang kerugian yang dialami dalam
proses restrukturisasi selama ini
·
Menyusun penjualan asset yang rasional dan
konsisten
·
Menolak keinginan politis menguasai
aset-aset Negara yang bertentangan dengan perlunya penjualan asset-aset tersebut
·
Melakukan sosialisasi yang seefektif
mungkin dan seluas-luasnya
·
Menolak langkah pemerintah melakukan bail
out terhadap kewajiban pihak swasta
·
Pemberantasan korupsi secara menyeluruh
5.
Menghapus
kecurangan ber-usaha
Krisis ekonomi yang berlangsung sejak
tahun 1997 yang telah dibayar mahal oleh
rakyat banyak, secara jelas menampakan bagaimana salah satu bentuk kecurangan
itu dijalankan. Tidak kurang dari Rp 650 triliun telah dikeluarkan untuk
membiayai krisis dengan menerbitkan obligasi pemerintah.Beban seberat itu,
terutama disebabkan oleh perilaku berusaha terutama kalangan pengusaha besar
yang selalu melakukan kecurangan dalam berbisnis dengan pola meminta utang yang
jauh melebihi kemampuan modal sendiri (over leverage), sehingga memiliki debt
equity ratio yang sangat tinggi.
5
Untuk
menghapus gejala kecurangan berusaha tersebut, maka perlu dilakukan
langkah-langkah meliputi :
1. Perlu
secara transparan dan jujur menyatakan terjadinya kecurangan-kecurangan dalam
dunia usaha di Indonesia
2. Perlu
peningkatan SDM, aparat pengawas keuangan seperti BPKP dan Bappepam
3. Perlu
peningkatan SDM aparat penegak hukum dikalangan kepolisisan dan kejaksaan
4. Meningkatkan
lingkup wewenang, kewajiban, dan kajian lembaga pengawas keuangan dalam melakukan
tugas,
5. Perlu
peningkatan akuntabilitas birokrasi dan pelaku-pelaku usaha melalui pelaksanaan
good corporate governance, good governance dan code of conduct.
6. Penegakan
hukum yang seadil-adilnya atas kasus-kasus kecurangan berusaha
7. Pemerintah
perlu bersikap adil dengan tidak menyamaratakan beban yang harus di tanggung
kepada seluruh lapisan rakyat.
6.
Menjinakan
kenaikan harga bahan pokok
Persoalan yang diwariskan oleh
pemerintahan-pemerintahan sebelumnya sangat besar, pelik, dan terkait satu sama
lain sehingga, mungkin, siapapun yang memegang tampuk pemerintahan tidak akan
mampu menyelesaikan sebagian besar persoalan dalam waktu singkat, misalnya di
bidang ekonomi, pemerintah harus berpikir keras bagaimana cara menjinakan
kenaikan harga bahan pokok,
Secara teoritis, permintaan tidak akan
terlalu melonjak mengingat 3 hal
1.
Daya beli masyarakat pada umumnya menghadapi
tekanan karna tingkat pengangguran terbuka dan setengah menganggur sangat
tinggi, dan jumlah orang yang hidup dibawah garis kemiskinan meningkat
2.
Suku bunga yang terus naik sebagai
konsekuensi dari kebijakan moneter yang tetap ketat membuat masyarakat lebih
gandrung menabung.
3.
Intensifikasi pajak khususnya, dan
kebijakan fiscal yang ketat umumnya, membuat perekonomian mengalami kontraksi.
Factor factor yang menekan ini,
paling tidak biasa mengompensasikan kenaikan permintaan yang bersifat musiman
menghadapi hari-hari besar keagamaan.
6
Kenaikan
harga barang berasal dari factor penawaran dalam negeri dan factor-faktor utama
yang menghambat penawaran domestic yaitu :
1. Struktur
pasar untuk sejumlah kebutuhan pokok sangat bersifat oligopolistic. Misalnya,
beberapa perusahaan saja yang mendominasi pasar untuk minyak goreng, terigu,
mie instan, telur dan ayam ras, dan gula pasir. Mereka memiliki keleluasan
untuk menetapkan harga dengan mengatur pasokan, posisi dominan mereka di pasar
tidak bisa di lawan cuman dengan imbauan dari pemerintah, mereka hanya
memperbesar pasokan kalau labanya meningkat. Bukankah para pengusaha harus di
perlakukan sebagai makhluk ekonomi yang lebiih taat pada kaidah-kaidah pasar,
para pelaku pasar bukanlah malaikat atau makhluk social. Karena itu, mekanisme
pasar tidak bias di pandang sebagai sesuatu yang suci. Kalau memang sumber
masalahnya adalah struktur pasar yang oligopolistic, maka salah satu langkah
yang paling efektif untuk meredam kenaikan harga adalah memperlancar keran
impor
2. Persoalan
akut yang menimbulkan tekanan pada harga berasal dari jalur distribusi.
Indicator paling gambling adalah besarnya selisih harga di tingkat produsen
dengan harga di tingkat eceran, seperti terlihat pada komoditas beras. Selisih
harga gabah kering di tingkat petani dengan harga beras eceran mencapai lebih
dari Rp 1.000 contoh lain adalah gula pasir. Relatif mahalnya gula pasir dibandingkan
dengan harga tebudi tingkat petani lebih disebabkan oleh rendahnya efisiensi
pabrik gula di jawa. Penyelesaian atas kedua komoditas ini adalah bukan dengan
menaikan bea masuk
atas beras dan gula impor. Kalau itu yang
di tempuh, baik petani maupun konsumen di rugikan.Yang untung besar adalah para
pedagang (beras) dan produsen (gula).Untuk mengatasi masalah ini butuh
pembenahan yang bersifat structural sehingga tidak dapat diselesaikan dalam
waktu singkat. Langkah-langkah itu antara lain
adalah :
adalah :
Membenahi jalur distribusi, seperti dengan
memperlancar transportasi, memperbaiki insfrastruktur jalan sekadarnya, dan
memerangi berbagai macam pungutan resmi maupun tidak resmi. Jadi, yang
dibutuhkan adalah kesadaran total untuk merubah tidak sekadar berbuat
alakadarnya seperti di masa lalu ad hoc
penuh dengan rutinitas semua elemen bangsa dituntut untuk mentransformasikan
perilakunya.
7
BAB
III
AGENDA
REFORMASI SEBUAH TINJAUAN EKONOMI POLITIK
3.1
KERANGKA KONSEPTUAL.
1.
Hakikat
Pembangunan
Adalah membentuk
manusia-manusia atau individu-individu otonom, yang memungkinkan mereka bisa
mengaktualisasikan segala potennsi terbaik yang dimilikinya secara optimal.
Adapun hasil dari transaksi atau interaksi tersebut adalah kesejahteraan sosial
sebagaimana dijanjikan oleh prinsip keunggulan komparatif . Ada trilogi
pembangunan (pertumbuhan, stabilitas, dan pemerataan)
Pilar pertumbuhan merupakan sissi penawaran yang
keberlangsungannya ditentukan oleh tiga faktor utama, yakni : modal, tenaga
kerja, dan teknologi.
Agar ketiga
pilar tersebut menghasilkan suatu bangunan ekonomi yang kokoh, dibutuhkan suatu
arena kelembagaan yang memungkinkan seluruh elemen dari sisi penawaran
berinteraksi dalam suatu irama yang harmonis. Dalam segala pergerakan disisi
penawaran dan permintaan serta interaksi diantara keduanya yang menjamin
efisiensi ditentukan oleh sinyal yang disampaikan oleh pasar .
2.
Kerapuhan
Bangunan Ekonomi Indonesia: sekali lagi, renungan krisis.
Sosok
perekonomian indonesia hingga kini masih menyisakan ciri-ciri yang ditinggalkan
oleh masa penjajahan.
Pemerintah orde baru tampaknya terobsesi
untuk memacu industrialasasi untuk mengejar ketertinggalannya dari
negara-negara tetanga di Asia Timur.
Liberalisasi perbankan dan pasar modal yang
terlampau jauh dan tidak di iringi dengan jarin-jaring pengaman yang memadai di suatu pihak, menjadi
salah satu penyebab terpenting bagi kemunculan konlomerasi sehingga menyebabkan
perekonomian menjadi sangat rapuh atau tidak memiliki saing yang kokoh.
Akumulasi dana yang mereka dapatkan sangatlah besar, dan dengan kemampuan
pendanaan seperti itu mereka merabah ke berbagai bidang usaha dengan pola yang
bersifat random.
8
Sosok perekonomian yang terbentuk dari
proses yang serba distortif diatas, selain menciptaka dualisme didalam
perekonomian yang dicirihkan oleh sektor pertanain yang masih tradisional
dengan produktivitas yang rendah disatu pihak; dan sektor industri yang boleh
dikatakan sangat moderen, namun sangat rapuh karena tidak memiliki daya saing
dipasar internasional telah mengakibatkan terjadinya akumulasi modal yang
artifisial tanpa diimbangi secara proposianal oleh peningkatan produtivitas
didalam perekonomian.
Krisis ekonomi telah memporak-porandakan
bangunan indonesia, gambaran kasar kehidupan perekonomian
indonesia sepanjang 30 tahun usia rezim orde baru hingga krisi menjelang(
1967-1997 ). Selama kurung waktu itu Indonesia mengarungi pola hidup “ besar
pasak dari pada tiang ” atau disebut Boros. Selama 3 dekade, praktis tidak
terputus-putus, belanja negara lebih besar dari pendapatannya, mengkonsumsi
lebih besar daripada memproduksi, serta membeli barang dan jasa dari luar
negeri( impor ) lebih besar daripada menjual barang dan jasa keluar negeri
(ekspor). Dalam istilah teknis ekonomi, keadaan seperti ini dikenal dengan tripel deficit, yakni kesenjangan antara
investasi dengan tabungan, deficit anggaran negara ( APBN ), dan deficit
transaksi berjalan secara silmutan atau berjalaan bersamaan.
Pada awal krisis sudah diderah oleh
pengeringan dan karena masyarakat berbondong-bondong menarik simpanannya( giro,
tabungan, deposito ) di bank-bank nasional seiring dengan kejatuhan nilai tukar
rupiah dan ancaman penutupan sejumlah Bank. Hal yang sepatut dilakukan adalah suatu koreksi total atas kemancengan yang selama
ini berlangsung, kenyataan menunjukan bahwa kemencengan atau anomali kian
menjamur, maka patut dicermati bahwa sistem, mekanisme dan prosedur sudah kian
peka terhadap perubahan-perubahan yang berasal dari lingkungan internal maupun
eksternal.
9
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
transisi demokrasi yaitu, masa dimana
Bangsa Indonesia merasakan kebutuhan dan keinginan untuk meninggalkan buruknya
kinerja ekonomi dan praktik-praktik yang dilakukan oleh perilaku individu
maupun pemerintah, yang mengakibatkan adanya kemiskinan, ketidaktahuan,
kesenjangan dan ketergantungan. Dan untuk menyelesaikannya perlu adannya kerja
sama antar lapisan individu misalnya pemerintah, masyarakat, stakeholder dan
lainnya, dan perlu adanya kebijakan dari pemerintah yang melindungi masyarakat
dan masyarakat perlu turut serta dalam proses transisi demokrasi ekonomi dan
perlu adanya kesadaran dalam menggerakan adanya rasa saling menjunjung tinggi
keamanan dan kemakmuran bagi bangsa tercinta “INDONESIA”
10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar