Rabu, 08 Juni 2016

makalah analisis laporan keuangan



MAKALAH
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
TENTANG
“ANALISIS PERUBAHAN PENDAPATAN 
DAN ANALISIS BEP (BREAK EVENT POINT)”


OLEH
KELOMPOK III
NAMA KELOMPOK :

1.              Brenda Natasha Tulle
8.    Hadiana M. Muni
2.              Dedi Ferdi Henukh
9.    Maria A. S. Fahik
3.              Diana D.T Theodoris
10.  Mitro Yampison Faot
4.              Ella Selastri Bessie
11.  Natalia Maya Corebima
5.              Elvina Ulle
12.  Delfi Sula
6.              Floyd Lestari C. Bole
13.  Deflianti Tahun
7.              Firdaus F. Kadja


Dosen Mata Kuliah

Adriana Lopo,SE,MM


AKADEMI KEUANGAN DAN PERBANKAN
(AKUB) EFFATA KUPANG
 TAHUN 2016


BAB I

PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang

Dalam mengoperasikan sebuah perusahaan tentunya dengan mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang bisa disebut juga sebagai pendapatan atas operasional perusahaan dan Pendapatan sebagai salah satu elemen penentuan laba rugi suatu perusahaan belum mempunyai pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan pendapatan biasanya dibahas dalam hubungannya dengan pengukuran dan waktu pengakuan pendapatan itu sendiri. Sehubungan dengan itu perlu adanya analisis perubahan laba kotor dan Analisis perubahan laba kotor adalah analisis laporan keuangan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang  sebab-sebab terjadinya perubahan  laba kotor.
Analisis titik impas (BEP) atau analisis pulang pokok merupakan salah satu analisis keuangan yang sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan. Salah satu kegunaan analisis titik impas adalah untuk mengetahui pada jumlah berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya. Analisis titik impas memberikan pedoman tentang berapa jumlah produk minimal yang harus diproduksi atau dijual. Maka dari itu dalam makalah ini kita akan membahas tentang bagaimana menganalisis perubahan pendapatan dan analisis Break Event Point atau analisis titik impas.

1.2              Tujuan Penulisan

1.      Mengetahui pengertian dari Analisis perubahan pendapatan dan laba kotor ?
2.      Mengetahui Analisis Titik Impas (BEP) ?









BAB II
PEMBAHASAN
Analisis Perubahan Laba Kotor

2.1       Pengertian Analisis Perubahan Laba Kotor :
            Analisis perubahan laba kotor adalah analisis laporan keuangan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang  sebab-sebab terjadinya perubahan  laba kotor. pada dasarnya perubahan laba kotor itu disebabkan oleh dua factor penjualan dan factor harga pokok penjualan. Besar kecilnya hasil penjualan dipengaruhi oleh kwantitas atau volume produk yang dapat dijual dan harga jual per satuan produk tersebut. Oleh karena itu perubahan laba kotor karena adanya perubahan hasil penjualan dapat disebabkan adanya :
1.      Perubahan harga jual per satuan
2.      Perubahan kwantitas atau volume produk yang dijual/dihasilkan
Perubahan laba kotor baik itu merupakan penurunan atau kenaikan yang disebabkan oleh factor harga jual tidak dapat digunakan sebagai pengukur kegiatan bagian penjualan, karena hal ini disebabkan oleh factor ekstern perusahaan. Kenaikan laba kotor karena ada kenaikan volume yang dijual berarti bagian penjualan bekerja lebih aktif. Penurunan laba kotor yang disebabkan oleh naiknya harga pokok penjualan menunjukan bagian produksi telah bekerja secara tidak efisien, hal ini dapat ditanyakan atau dimintakan pertanggungan jawab kepada kepala bagian produksi apa sebabnya terjadi perubahan tersebut.

2.2       faktor Perubahan Laba Bruto :

            Perubahan laba bruto pada dasarnya dapat disebabkan oleh 4 faktor yaitu :
1.      Perubahan harga jual (sales price varience), yaitu adanya perubahan harga jual yang sesungguhnya dengan harga jual yang dibadgetkan atau harga jual tahun sebelumnya.
Perubahan laba kotor yang disebabkan adanya perubahan harga jual dapat ditentukan dengan Rumus :
(harga jual sesungguhnya - harga jual budget tahun sebelumnya) X kwantitas produk yang dijual tahun ini.
Atau :
(Hj2 – Hj1) K2
Hj1 = harga jual per satuan produk yang dibudgtkan atau tahun sebelumnya.
Hj2 = harga jual per satuan produk yang sesungguhnya
K2  = kwantitas atau volume produk yang sesungguhnya dijual tahun ini
Apabila (Hj2 - Hj1) menghasilkan angka poitif berarti untung sebaliknya bila negative maka menunjukan kerugian.
2.      Perubahan kwantitas produk yang dijual (sales volume varience), yaitu adanya perbedaan antara kwantitas produk yang direncanakan tahun sebelumnya dengan kwantitas produk yang sesungguhnya dijual (direalisir)
Perubahan laba kotor yang disebabkan oleh perubahan kwantitas atau volume produk yang dijual dapat ditentukan dengan rumus :
(kwantitas penjualan yang sesungguhnya – kwantitas penjualan yang dibudgetkan) X harga jual yang dibudgetkan
Atau :
(K2 – K1) Hj1
K2  = kwantitas penjualan yang sesungguhnya direalisir tahun ini
K1  = kwantitas penjualan yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya
Hj1 = harga jual per satuan produk yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya
Bila (K2 – K1) menghasilkan angka positif berarti untung sebaliknya bila menghasilkan angka negative berarti rugi.
3.      Perubahan harga pokok penjualan per satuan produk (cost pric varience), yaitu adanya perbedaan harga pokok penjualan per satuan produk (unit cost) menurut budget atau tahun sebelumnya dengan harga pokok yang sesungguhnya.
Rumus :
(harga pokok penjualan yang sesungguhnya – harga pokok penjualan yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya ) X kwantitas produk yang dijual.
Atau :
(HPP2 – HPP1) K2
HPP2  = harga pokok penjualan yang sesungguhnya
HPP1  = harga pokok penjualan menurut budget/tahun sebelumnya
K2       = kwantitas produk yang sesungguhnya dijual
Apabila (HPP2 – HPP1) menghasilkan angka positif berarti HPP mengalami kenaikan berarti menunjukan keadaan yang merugikan sebaliknya bila hasilnya negative berarti HPP menurun dan berarti pula menguntungkan.
4.      perubahan kwantitas harga pokok penjualan (cost volume varience), yaitu adanya perubahan harga pokok penjualan karena adanya perubahan kwantitas/volume yang dijual atau yang diproduksi.
Rumus :
(kwantitas yang sesungguhnya – kwantitas menurut budget atau tahun sebelumnya) X harga pokok menurut budget atau tahun sebelumnya.
Atau :
(K2 – K1) HPP1
K2      = kwantitas produk yang sesungguhnya dijual/dihasilkan
K1      = kwantitas produk menurut budget
HPP1  = harga pokok penjualan per satuan barang menurut budget
Apabila (K2 – K1) menghasilkan angka positif berarti kwantitas yang dijual bertambah atau mengalami kenaikan maka HPP juga akan menunjukan tidak menguntungkan (merugikan) sebaliknya bila hasilnya negative berarti ada penurunan biaya dan menunjukan keadaan yang menguntungkan

2.3       contoh soal 1 :
            Laporan perhitungan Rugi-laba dari PT SINAR GEMILANG akhir tahun 2015 yang di perbandingkan dengan tahun 2014 menunjukan informasi sebagai berikut :

2014
2015
Kenaikan
Penjualan netto
Rp 200.000,-
Rp 253.000,-
Rp 53.000,-
Harga Pokok Penjualan
Rp 150.000,-
Rp 181.125,-
Rp 31.125,-
Laba Kotor
Rp   50.000,-
Rp   71.875,-
Rp 21.875,-
Kwantitas yang dijual
1.000
1.150
150
Harga jual per satuan
Rp 200,-
Rp 220,-
Rp 20,-
Harga pokok per satuan
Rp 150,-
Rp 157,50
Rp 7,50
Menurut data diatas tahun 2015 dibandingkan dengan tahun  2015 menunjukan adanya kenaikan dalam penjualan sebesar Rp 53.000,- dan kenaikan harga pokok penjualan Rp 31.125,- sehingga laba kotor tahun 2015 dibandingkan tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar rp 21.875,-. Apakah yang menyebabkan kenaikan ini ? untuk mengetahui sebab-sebab perubahan tersebut perlu dilakukan langkah-langkah analisa sebagai berikut :
penyelesaian :
Langkah 1.
Menghitung perubahan laba kotor yang disebabkan oleh faktor penjualan (faktor kwantitas penjualan maupun faktor harga jual).
a.       Penjualan 2015
Unit penjualan 2015  X  harga jual 2014

Kenaikan laba kotor karena perubahan harga jual
Rp 253.000,-
Rp 230.000,-

Rp   23.000,- (laba)

Perubahan laba kotor yang disebabkan adanya perubahan harga jual dapat ditentukan dengan mengunakan rumusnya yaitu :
            (Hj2 – Hj1) K2 = (Rp 220 – Rp 200) 1.150 = Rp 23.000,-
b.      Kwantitas penjualan 2015 x harga jual 2014
Penjualan 2014

Kenaikan laba kotor karena perubahan
kwantitas penjualan
Rp 230.000,-
Rp 200.000,-


Rp 30.000,- (laba)
            Atau : 
= (K2 – K1) Hj1 = (1.150 – 1.000) Rp 200,- = Rp 30.000
Langkah 2.
Menghitung perubahan laba kotor yang disebabkan oleh adanya perubahan harga pokok penjualan per satuan produk maupun kwantitasnya.
a.       Harga pokok penjualan 2015
Kwantitas penjualan 2015 x harga pokok 2014

Kenaikan harga pokok karena perubahan harga pokok
Rp 181.125,-
Rp 172.500,-

Rp  8.625,- (rugi)
            Atau :
             = HPP2 – HPP1) K2
             = (Rp 157,50 – Rp 150,- ) 1.150
             = Rp 8.625,-
b.      Kwantitas penjualan 2015 x harga jual 2014
Harga pokok penjualan 2015

Kenaikan laba kotor karena perubahan kwantitas HPP
Rp 172.500,-
Rp 150.000,-

Rp 22.500,- (rugi)
            Atau :
             = (K2 – K1) HPP1
             = (1.150 – 1.000) Rp 150,-
             = Rp 22.500,-



PT SINAR GEMILANG
Laporan Perubahan Laba Kotor
Akhir tahun 2015 dengan 2014

Kenaikan penjualan yang disebabkan :
     Kenaikan harga jual
     Kenaikan kwantitas penjualan


Kenaikan harga pokok penjualan disebabkan :
     Kenaikan harga pokok per satuan produk
     Kenaikan kwantitas harga pokok penjualan


Kenaikan laba kotor……………………………….



Rp 23.000,-
Rp 30.000,-



Rp 8.625,-
Rp 22.500,-



Rp 53.000,-




Rp 31.125,-

Rp 21.875,-

Kenaikan sektor penjualan sebesar Rp 53.000,- dan kenaikan harga pokok penjualan     Rp 31.125,- dapat pula dianalisa factor-faktor penyebab perubahan tersebut dengan cara :

a.       Faktor kwantitas penjualan
Kenaikan penjualan karena naiknya volume, jika tidak ada kenaikan harga jual.

Harga per unit 2014
Kenaikan kwantitas

Kenaikan laba kotor karena kwantitas
Penjualan (Rp 200,- x 150)

b.      Faktor harga jual :
Kenaikan penjualan karena kenaikan harga jual, jika tidak ada kenaikan kwantitas penjualan :

Kenaikan harga jual
Volume (kwantitas) penjualan 2014

Kenaikan laba kotor karena harga jual
 (Rp 20,- x 1.000)

c.       Faktor kwantitas penjualan dan harga jual :

Kenaikan harga jual per satuan dikalikan
kenaikan kwantitas penjualan (Rp 20,- x 150)

Total kenaikan laba bruto karena penjualan




Rp 200,-
      150


                   Rp 30.000,-





Rp 20,-
  1.000


                   Rp 20.000,-




                   Rp   3.000,-
                 
                   Rp 53.000,-











Kenaikan harga pokok penjualan Rp 31.125,- dapat ditentukan faktor-faktor penyebabnya sebagai berikut :

a.       Faktor kwantitas :
Kenaikan harga pokok penjualan karena kenaikan volume, jika tidak ada kenaikan harga pokok :

Harga pokok 2014
Kenaikan kwantitas atau volume
Kenaikan kaena faktor kwantitas (Rp 150,- x 150)

b.      Faktor harga pokok (biaya) :
Kenaikan harga pokok penjualan karena kenaikan harga pokok per unit, jika tidak ada kenaikan dalam volume :

Kenaikan harga pokok per satuan
Volume  (kwantitas) 2014
Kenaikan karena faktor harga pokok (Rp 7,50 x 1.000)

c.       Faktor kwantitas dan harga pokok :
Kenaikan harga pokok per unit dikalikan kenaikan volume Rp 7,50 x 150

Total kenaikan harga pokok penjualan




Rp 150,-
      150
                      Rp 22.500,-






Rp 7,50
      1.000
                   
                     Rp 7.500,-



                     Rp 1.125,-

                     Rp 31.125,-

Ketika manajemen atau pihak-pihak yang ingin mengetahui sifat atau pengaruh berbagai faktor terhadap perubahan laba kotor maka laporan kepada manajemen atau pihak-pihak tersebut adalah :
PT SINAR GEMILANG
Laporan Perubahan dalam penjualan, Harga pokok penjualan
dan Laba kotor
akhir tahun 2015 dengan 2014


Jumlah tahun 2015
Jumlah tahun 2014

Kenaikan
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Gross Profit
Rp 253.000,-
Rp 200.000,-

Rp 53.000,-
Rp 181.125,-
Rp 150.000,-

Rp 31.000,-
Rp 71.875,-
Rp 50.000,-

Rp 21.875,-
Kenaikan – penurunan disebabkan oleh :

Faktor kwantitas
Faktor harga jual
Faktor harga pokok
Faktor kwantitas dan harga jual
Faktor kwantitas dan harga pokok

Jumlah
Rp 30.000,-
Rp 20.000,-
         -
Rp   3.000,-
         -         
Rp 22.500,-
          -
Rp   7.500,-
          -
Rp   1.125,-
Rp   7.500,-
Rp 20.000,-
Rp   7.500,-
Rp   3.000,-
Rp   1.125,-

Rp 53.000,-

Rp 31.125,-

Rp 21.875,-

Analisa perubahan dalam penjualan, harga pokok penjualan maupun dalam laba bruto ini dapat pula dilakukan terhadap beberapa barang, misalnya PT SINAR GEMILANG disamping menjual barang A (seperti data di atas) juga menjual barang B yang datanya sebagai berikut :



Penjualan
Harga Pokok Penjualan

Laba kotor

Kwantitas yang dijual
Harga jual per satuan
Harga pokok per satuan

2014
2015
Kenaikan/Penurunan

Rp 200.000,-
Rp 150.000,-

Rp 183.600,-
Rp 140.400,-

Rp 16.400,-
Rp   9.600,-

Rp   50.000,-

      1.000
Rp 200,-
Rp 150,-

Rp    43.200,-

      900
Rp 204,-
Rp 156,-

Rp   6.800,-

        100
Rp 4,-
Rp 6,-














Dengan menggunakan prosedur analisa yang sama seperti barang A maka untuk barang B ini dapat juga disusun laporan perubahan penjualan, harga pokok penjualan dan laba kotor. Penyelesaian sebagai berikut :



Kenaikan-penurunan
Dalam penjualan :
   faktor kwantitas
   factor harga
   factor kwantitas-harga  
   jumlah

Dalam HPP :
   Faktor kwantitas
   Faktor biaya
   Factor kwantitas biaya
   Jumlah

Dalam Laba kotor

Barang
Total
A
B


Rp 30.000,-
      20.000,-
        3.000,-


Rp 20.000,-
        4.000,-
           400,-


Rp 10.000,-
      24.000,-
        2.600,-
Rp 53.000,-


Rp 22.500,-
        7.500,-
        1.125,-
Rp 16.400,-


Rp 15.000,-
        6.000,-
           600,-
Rp 36.600,-


Rp   7.500,-
      13.000,-
           525,-
Rp 31.125,-

Rp 21.875,-
Rp   9.600,-

Rp   6.800,-
Rp 21.525,-

Rp 15.075,-



2.4       Contoh Soal 2 :

PT PARIS INDAH memiliki data laporan perhitungan laba-rugi yang berkaitan dengan perubahan laba kotor sebagai berikut.:
                                                     2001                      2002                     Perubahan
Penjualan netto                  Rp. 200.000,00       Rp. 253.000,00          Rp.53.000,00
HPP                                 (Rp. 150.000,00)     (Rp. 181.125,00)       (Rp.31.125,00)
Laba kotor                         Rp.   50.000,00       Rp.   71.875,00          Rp.21.875,00 
Kuantitas penjualan             1.000 unit                   1.150 unit               150 unit
Harga jual per satuan           Rp. 200,00                 Rp. 220,00              Rp.20,00
Harga pokok per satuan       Rp. 150,00                 Rp. 157,50              Rp. 7,50
Penyelesaian :
– Menghitung perubahan laba kotor yang disebabkan oleh faktor perubahan penjualan:
* Perubahan harga (penjualan):
(Hj2 – Hj1) K2 = (Rp.220,00 – Rp.200,00)  1.150 = Rp. 23.000,00
* Perubahan kuantitas (penjualan):
(K2 – K1) Hj1  = (1.150 – 1.000)  Rp.200,00         = Rp. 30.000,00
– Menghitung perubahan laba kotor yang disebabkan oleh faktor harga pokok penjualan (HPP):
* Perubahan harga (HPP):
(HPP2 – HPP1) K2 = Rp.157,50 – Rp.150,00)  1.150 = Rp. 8.625,00
* Perubahan kuantitas:
(K2 – K1) HPP1     = (1.150 – 1.000)  Rp.150,00         = Rp. 22.500,00
–  Membuat laporan perubahan laba kotor dengan cara memasukkan hasil perhitungan:
PT PARIS INDAH
LAPORAN PERUBAHAN LABA KOTOR
Akhir tahun 2001 dengan 2002
Kenaikan penjualan yang disebabkan:
          – Kenaikan harga jual    
          – Kenaikan kuantitas penjualan       
Kenaikan HPP disebabkan oleh:        
          – Kenaikan harga pokok per satuan
          – Kenaikan kuantitas  HPP              

Kenaikan laba kotor  ……………………………… 

Rp 23.000,-
Rp 30.000,-

Rp 8.625,-
Rp 22.500,-




Rp 53.000,-


  Rp 31.125

  Rp 21.875

BAB III
Analisa Break Even Point (BEP)/Titik Impas


3.1       Pengertian Analisa Break Event Point (BEP) :
Analisa Break Event Point (BEP) adalah titik dimana perusahaan belum memperoleh keuntungan tetapi juga tidak dalam kondisi rugi. Atau BEP merupakan suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume aktivitas. Masalah BEP baru akan muncul dalam perusahaan apabila perusahaan tersebut mempunyai Biaya Variabel dan Biaya Tetap.
Tujuan analisa BEP adalah :
ü  Mendesain spesifikasi produk (berkaitan dengan biaya)
ü  Penentuan harga jual persatuan
ü  Produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian
ü  Memaksimalkan jumlah produksi
ü  Perencanaan laba yang diinginkan.
Atau dengan kata lain Analisis break event point (titik impas) adalah analisis laporan keuangan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang tingkat penjualan minimal yang boleh dilakukan perusahaan (tingkat penjualan yang tidak mendapatkan laba dan tidak menderita rugi) serta estimasi besarnya laba/ rugi pada berbagai tingkat penjualan.
Kelemahan-kelemahan dari analisis BEP :
ü  Perlu adanya asumsi
ü  Bersifat statis
ü  Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir
ü  Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik
ü  Hubungan penjualan dan biaya

3.2       Manfaat Analisis Break Even Point (Titik Impas)
ü  Jumlah penjualan minimal harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian;
ü  Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu;
ü  Seberapa jauhkah yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu;
ü  Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi
ü  Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.




3.3       Asumsi dasar dalam analisa BEP antara lain :
a)      Biaya dapat diklasifikasikan kedalam kompunen biaya variabel dan biaya tetap;
b)      Total biaya variabel berubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan, sedangkan total biaya variabel per unit tetap konstan.
c)      Total biaya tetap tidak mengalami perubahan, meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan, sedangkan biaya tetap / unit akan berubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
d)     Harga jual per unit tidak akan berubah selama periode melakukan analisa
e)      Perusahaan hanya membuat dan menjual satu jenis produk. Jika membuat dan menjual lebih dari satu jenis produk, maka perbandingan penghasilan penjualan antara masing-masing produk (disebut sebagai Sales Mix) akan tetap konstan.
f)       Kapasitas produksi pabrik relatif konstan
g)      Harga faktor produksi relatif konstan
h)      Efisiensi produksi tidak berubah
i)        Perubahan padapersediaan awal dan akhir jumlhanya tidak berarti
j)        Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.

3.4       Prosedur Analisis Break Event Point  (BEP)
ü  Mengidentifikasi budget penjualan, baik kuantitas maupun harga per satuan
ü  Mengidentifikasi budget  biaya, baik biaya tetap maupun biaya variable
ü  Menghitung besarnya BEP, baik dalam satuan  maupun rupiah
ü  Membuat grafik BEP,  baik secara total maupun terperinci.
3.5       BEP dapat ditentukan dengan beberapa cara :
1.       Pendekatan grafik
sumbu X : menggambarkan besarnya volume produksi atau penjualan (dalam ribuan unit)
sumbu Y : menggambarkan besarnya biaya dan penghasilan penjualan (dalam jutaan rupiah)
titik E: adalah titik impas.
Dalam penentuan titik break even dapat pula dilakukan dengan grafik, karna dengan grafik break even management akan mengetahui hubungan antara biaya, penjualan (volume penjualan) dan laba.
Selain itu juga dapat mengetahui besarnya biaya yang tergolong biaya tetap dan biaya variabel dan juga dapat mengetahui tingkat-tingkat penjualan yang masih menimbulkan kerugian dan tingkat-tingkat penjualan yanag sudah menimbulkan laba atau besarnya rugi atau laba pada suatu tingkat penjualan tertentu.
ü  Langkah pertama dalam menyusun grafik break even adalah menarik sumbu vertikal dan sumbu horizontal diatas kertas grafik tersebut dari satu titik yang sama (mulai 0).
ü  Langkah berikutnya adalah memasukan data budget ke dalam break even tersebut.
(penjelasan grafik)
ü  Garis penjualan digambarkan mulai titik nol pada pojok kiri bawah menuju pojok kanan atas atau sampai pada jumlah Rp 40 yaitu jumlah penjualan pada kapasitas 100%.
ü  Garis jumlah biaya digambarkan mulai dari titik biaya tetap pada sumbu vertical atau dengan menggambarkan biaya variabel dari titik biaya tetpa tersebut ke kanan sampai pada jumlah 2000.
ü  Garis biaya tetap digambarkan sejajar dengan sumbu horizontal, yang digambarkan pada titik sejumlah 20 pada sumbu vertical. Dan BEP terjadi pada titik persilangan antara garis penghasilan penjualan dan garis total biaya.
2.   Pendekatan Matematis
Rumusnya adalah :
a.              BEP (unit) = Total Biaya Tetap / (Harga jual/unit – Biaya Variabel/unit).
b.              BEP (Rp) = Total Biaya Tetap / (1- (Total biaya avriabel / total hasil penjualan)
Margin of safety adalah batas keamanan yang menyatakan sampai seberapa jauh volume penjualan yang dianggarkan boleh turun agar perusahaan tidk menderita rugi atau dengan kata lain, batas maksimum penurunan volume penjualan yang dianggarkan, yang tidak mengakibatkan kerugian.
MoS = budget sales/BEP x 100% (penjualan yang direncanakan)
MoS = (Budget Sales – BEP) / Budget Sales x 100 % (penjualan tingkat keamanan)
Budget Sales adalah jumlah penjualan yang telah ditargetkan
Contoh : budget sebuah perusahaan Rp  500.000.000, BEP Rp 300.000.000, hitunglah tingkat penjualan yang direncanakan dan tingkat keamanan dalam penjualannya?
Jawab :
Mos = Rp 500.000.000/Rp 300.000.000 x 100% = 166,66% dibulatkan jadi 167%
MoS = Rp 500.000.000-Rp 300.000.000/Rp 500.000.000 x 100% = 40%
Hasil diatas menunjukan bahwa tingkat penjualan tidak boleh kurang atau turun 40% dari tingkat penjualan yang direncanakan 167%. Jika margin of safety ditentukan berdasarkan hasil penjualan dapat dicari sebagai berikut :
Pertama : 167% x Rp 300.000.000 = Rp 501.000.000
Kedua    : 40% x Rp 500.000.000 = Rp 200.000.000
3.6       Contoh Soal 1:
1.         Rencana penjualan tahun 2000 meliputi kedua jenis produk adalah sbb :
a.       Penjualan          
Nama Produk
Jumlah Unit
Harga /unit
Total
Produk A
15.000
Rp 1.000,-
Rp 15.000.000
Produk B
10.000
Rp 750,-
Rp 7.500.000
Biaya Variabel Produk A
15.000
Rp 500
Rp 7.500.000
Biaya variabel Produk B
10.000
Rp 300
Rp 3.000.000
Biaya Tetap keseluruhan Rp 5.000.000 setahun.
Dengan data tersebut kita diminta untuk :
1.       Menentukan BEP perusahaan secara keseluruhan dalam Rupiah
2.       Menentukan BEP produk A dalam unit
3.       Menentukan BEP produk B dalam unit

penyelesaian :

A.      Menentukan BEP perusahaan secara keseluruhan dalam Rupiah
Rumus :
BEP (Rp) = Total Biaya Tetap / (1- (Total biaya variabel / total penjualan)
BEP = 5.000.000 / (1- (7.500.000+3.000.000) / (15.000.000+7.500.000)
BEP = 5.000.000 / (1 - 0.47)
BEP = 5.000.000 / 0.53
BEP = Rp 9.433.962,26 dibulatkan Rp 9.433.962,-

B.      Menentukan BEP produk A dalam unit
Rumus :
BEP (unit) Produk A
= Total Biaya Tetap / (Harga jual/unit – Biaya Variabel/unit).
BEP = 5.000.000 / (1.000 – 500)
BEP = 10.000 unit

C.       Menentukan BEP produk B dalam unit
Rumus :
BEP (unit) Produk B
= Total Biaya Tetap / (Harga jual/unit – Biaya Variabel/unit).
BEP = 5.000.000 / (750 – 300)
BEP = 11.111,11 unit dibulatkan 11.111 unit



3.7       Contoh soal 2 :
Sebuah perusahaan menjual 100.000 buah hasil produksi dengan harga Rp 20,- /buah. Biaya variabel per buah barang adalah Rp 14,- (yang Rp 11,- adalah biaya produksinya dan sisanya adalah biaya pemasaran). Biaya tetap, terjadinya secara merata jumlahnya Rp 792.000 (yang Rp 500.000,- biaya produksi dan lainnya adalah biaya pemasaran.
pembuatkan tabel angka –nya untuk memudahkan mengerjakan :
Total Unit
Harga Jual / unit
Biaya Variabel/unit
B.adm & pemasaran
100.000
Rp 20
Rp 11
Rp 3/unit
Biaya Tetap
          Rp 500.000
Rp 292.000
Note :
biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap tidak berubah dalam range output tertentu, tetapi untuk setiap satuan produksi akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan produksi. Semakin besar hasil produksi,maka biaya tetap persatuan akan semakin kecil, sebaliknya semakin rendah hasil produksi maka biaya tetap persatuan akan semakin besar
biaya Variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan naik turun sebanding dengan hasil produksi atau volume kegiatan, tetapi untuk setiap satuan produksi akan tetap.

Pertanyaan :
1.       Tentukan BEP / rupiah dan unit
2.       Menghitung berapa buah barang yang harus dijual agar perusahaan untung Rp 90.000,-

penyelesaian :

A.      Tentukan BEP dalam  unit
Rumus :
BEP (unit) = Total Biaya Tetap / (Harga jual/unit – Biaya Variabel/unit).
BEP = 792.000 / (20 – 14)
BEP = 792.000 / 6
BEP = 132.000 unit

Tentukan BEP dalam rupiah
Rumus :
BEP (Rp) =
Total Biaya Tetap / (1- (Total biaya variabel / total hasil penjualan)
BEP = 792.000 / (1 – (1.400.000/2.000.000)
BEP = 792.000 / 0.3
BEP = Rp 2.640.000,-

B.        Menghitung berapa buah barang yang harus dijual agar perusahaan untung Rp 90.000,-.
LABA = HARGA JUAL – TOTAL BIAYA
90.000 = X – (b. Variabel  + biaya tetap)
90.000 = x – (1.400.000 + 792.000)
90.000 = x – 2.192.000
X = 2.192.000 + 90.000
X = Rp 2.282.000,-
Jadi harga jualnya Rp 2.282.000,-.


3.8       Pengembangan Formula BEP (BREAK EVEN POINT)

BEP
TR = TC
Dimana :
TR =  Total Revenue
TC = Total Cost
Pengembangannya dengan membentuk persamaan linier sederhana dibawah ini :
TR = TC
TR – TC = 0
Langkahnya adalah sbb :
1.       Menurunkan rumus TR
TR = Harga per unit x Qty  
2.       Menurunkan Rumus TC
TC = VC + FC
Dimana :
VC = Variabel Cost (Biaya Variabel)
FC  = Fixed Cost (biaya Tetap)
TC = VC + TC
TC = (Qty + Unit Variabel cost) + Fix Cost
3.       Membuat persamaan Linier
TR – TC = 0
(Harga per unit x Qty) – ((Qty + Unit Variabel cost) + Fix Cost) = 0, ATAU
(Harga per unit x Qty) – (Qty + Unit Variabel cost) - + Fix Cost = 0
Qty x (Harga per unit – Unit Variabel cost) = Fixed Cost




Keterangan :
ü  Q (Quantity ) adalah barang yang akan dijual, yang dalam perusahaan manufaktur tentunya diproduksi terlebih dahulu;jumlah
ü  R (Revenue ) adalah pendapatan, yang dalam perusahaan manufaktur biasanya didominasi oleh Sales, yang mana Sales (penjualan) adlah jumlah terjual (Qty x Unit produk yang terjual);
ü  Unit Price (harga per unit) adalah harga per unit dari barang yang akan dijual;
ü  VC (Variabel Cost) adalah cost yang timbul akibat diproduksinya suatu barang, artinya segala yang cost yang terjadi untuk memproduksi suatu barang. Jika kita lihat pada Laporan Laba Rugi , Variabel Cost akan tergolong ke dalam kelompok “Cost of Good Sales”, atau Harga pokok penjualan. Yang pada perusahaan manufaktur umumnya terdiri dari :
ü  Bahan Baku (Raw Material);
ü  Bahan penolong ;
ü  Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL) atau Direct Labour Cost
ü  BOP (Overhead Pabrik) yang biasanya terdiri dari penyusutan Gedung Pabrik, Penyusutan Mesin yang menggunakan unit production output, Maintenance, Listrik, pengiriman dll
ü  Unit Variabel Cost adlah besarnya variabel cost yang ditimbulkan untuk membuat satuunit produk tertentu, yang besarnya diperoleh dengan cara membagi total variabel cost(Variabel Cost) dengan jumlah product yang dibuat (Qty).
ü  Fixed Cost adalah cost yang akan terjadi akibat penggunaan sumber daya tertentu yang penggunaannya tanpa dipengaruhi oleh banyak sedikitnya produk yang diproduksi.
Misalnya adalah Biaya operasional seperti payroll dan biaya perlengkapan kantor, biaya sewa, dan biaya penyusutan dan amortisasi yang menggunakan metode garis lurus.

3.9       Keterbatasan Analisis Break Even Point

BEP dapat dirasakan manfaatnya apabila titik BEP dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual adalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even.
Dalam kenyataannya analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab itu bagi analis perlu diketahui bahwa analisi BEP mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu :
a.       Fixed Cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu;
b.      Variabel Cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan;
c.       Sales Price per unit tidak berubah dalam periode tertentu;
d.      Sales Mix adalah konstan.

3.10     Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BEP akan bergeser atau berubah apabila :

1.      Perubahan, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan ini ditandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keats atau sebaliknya;
2.      Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biaya VC per unit akan menggeser BEP ke atas atau sebaliknya;
3.      Perubahan dalam Sales Price per unit
Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser ke bawah atau sebaliknya;
4.      Terjadinya perubahan dalam sales mix
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadiperubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.














BAB IV
PENUTUP

4.1       Kesimpulan
Pendapatan sebagai salah satu elemen penentuan laba rugi suatu perusahaan belum mempunyai pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan pendapatan biasanya dibahas dalam hubungannya dengan pengukuran dan waktu pengakuan pendapatan itu sendiri.
Analisis perubahan laba kotor adalah analisis laporan keuangan yang bertujuan un-tuk mendapatkan informasi tentang  sebab-sebab terjadinya perubahan  laba kotor.
Analisa Break Event Point (BEP) adalah titik dimana perusahaan belum memperoleh keuntungan tetapi juga tidak dalam kondisi rugi. Atau BEP merupakan suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume aktivitas.




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar