MAKALAH
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
TENTANG
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
TENTANG
“ANALISIS
PERUBAHAN PENDAPATAN
DAN ANALISIS
BEP (BREAK EVENT POINT)”
OLEH
KELOMPOK III
KELOMPOK III
NAMA KELOMPOK
:
1.
Brenda Natasha Tulle
|
8. Hadiana M. Muni
|
2.
Dedi Ferdi Henukh
|
9. Maria A. S. Fahik
|
3.
Diana D.T Theodoris
|
10. Mitro Yampison Faot
|
4.
Ella Selastri Bessie
|
11. Natalia Maya Corebima
|
5.
Elvina Ulle
|
12. Delfi Sula
|
6.
Floyd Lestari C. Bole
|
13. Deflianti Tahun
|
7.
Firdaus F. Kadja
|
Dosen Mata
Kuliah
Adriana
Lopo,SE,MM
AKADEMI
KEUANGAN DAN PERBANKAN
(AKUB) EFFATA
KUPANG
TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam mengoperasikan
sebuah perusahaan tentunya dengan mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan
yang bisa disebut juga sebagai pendapatan atas operasional perusahaan dan
Pendapatan sebagai salah satu elemen penentuan laba rugi suatu perusahaan belum
mempunyai pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan pendapatan biasanya
dibahas dalam hubungannya dengan pengukuran dan waktu pengakuan pendapatan itu
sendiri. Sehubungan dengan itu perlu adanya analisis perubahan laba kotor dan
Analisis perubahan laba kotor adalah analisis laporan keuangan yang bertujuan
untuk mendapatkan informasi tentang sebab-sebab terjadinya
perubahan laba kotor.
Analisis titik impas
(BEP) atau analisis pulang pokok merupakan salah satu analisis keuangan yang
sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan. Salah satu kegunaan
analisis titik impas adalah untuk mengetahui pada jumlah berapa hasil penjualan
sama dengan jumlah biaya. Analisis titik impas memberikan pedoman tentang berapa
jumlah produk minimal yang harus diproduksi atau dijual. Maka dari itu dalam
makalah ini kita akan membahas tentang bagaimana menganalisis perubahan
pendapatan dan analisis Break Event Point atau analisis titik impas.
1.2
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari Analisis
perubahan pendapatan dan laba kotor ?
2. Mengetahui Analisis Titik Impas
(BEP) ?
BAB II
PEMBAHASAN
Analisis Perubahan Laba Kotor
2.1 Pengertian Analisis Perubahan Laba Kotor
:
Analisis perubahan
laba kotor adalah analisis laporan keuangan yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi tentang sebab-sebab terjadinya perubahan laba kotor. pada dasarnya perubahan laba kotor itu disebabkan oleh dua factor
penjualan dan factor harga pokok penjualan. Besar kecilnya hasil penjualan
dipengaruhi oleh kwantitas atau volume produk yang dapat dijual dan harga jual
per satuan produk tersebut. Oleh karena itu perubahan laba kotor karena adanya
perubahan hasil penjualan dapat disebabkan adanya :
1.
Perubahan harga jual per
satuan
2.
Perubahan kwantitas atau
volume produk yang dijual/dihasilkan
Perubahan laba kotor baik itu merupakan penurunan atau kenaikan yang
disebabkan oleh factor harga jual tidak dapat digunakan sebagai pengukur
kegiatan bagian penjualan, karena hal ini disebabkan oleh factor ekstern
perusahaan. Kenaikan laba kotor karena ada kenaikan volume yang dijual berarti
bagian penjualan bekerja lebih aktif. Penurunan laba kotor yang disebabkan oleh
naiknya harga pokok penjualan menunjukan bagian produksi telah bekerja secara
tidak efisien, hal ini dapat ditanyakan atau dimintakan pertanggungan jawab
kepada kepala bagian produksi apa sebabnya terjadi perubahan tersebut.
2.2 faktor Perubahan Laba Bruto :
Perubahan laba bruto pada dasarnya dapat disebabkan oleh 4 faktor yaitu
:
1.
Perubahan harga jual
(sales price varience), yaitu adanya perubahan harga jual yang sesungguhnya
dengan harga jual yang dibadgetkan atau harga jual tahun sebelumnya.
Perubahan laba kotor yang
disebabkan adanya perubahan harga jual dapat ditentukan dengan Rumus :
(harga jual sesungguhnya -
harga jual budget tahun sebelumnya) X kwantitas produk yang dijual tahun ini.
Atau :
(Hj2 – Hj1) K2
Hj1 = harga jual per
satuan produk yang dibudgtkan atau tahun sebelumnya.
Hj2 = harga jual per
satuan produk yang sesungguhnya
K2 = kwantitas atau volume produk yang
sesungguhnya dijual tahun ini
Apabila (Hj2 - Hj1)
menghasilkan angka poitif berarti untung sebaliknya bila negative maka
menunjukan kerugian.
2.
Perubahan kwantitas
produk yang dijual (sales volume varience), yaitu adanya perbedaan antara
kwantitas produk yang direncanakan tahun sebelumnya dengan kwantitas produk
yang sesungguhnya dijual (direalisir)
Perubahan laba kotor yang
disebabkan oleh perubahan kwantitas atau volume produk yang dijual dapat ditentukan
dengan rumus :
(kwantitas penjualan yang
sesungguhnya – kwantitas penjualan yang dibudgetkan) X harga jual yang
dibudgetkan
Atau :
(K2 – K1) Hj1
K2 = kwantitas penjualan yang sesungguhnya
direalisir tahun ini
K1 = kwantitas penjualan yang dibudgetkan atau
tahun sebelumnya
Hj1 = harga jual per
satuan produk yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya
Bila (K2 – K1)
menghasilkan angka positif berarti untung sebaliknya bila menghasilkan angka
negative berarti rugi.
3.
Perubahan harga pokok
penjualan per satuan produk (cost pric varience), yaitu adanya perbedaan harga
pokok penjualan per satuan produk (unit cost) menurut budget atau tahun
sebelumnya dengan harga pokok yang sesungguhnya.
Rumus :
(harga pokok penjualan
yang sesungguhnya – harga pokok penjualan yang dibudgetkan atau tahun
sebelumnya ) X kwantitas produk yang dijual.
Atau :
(HPP2 – HPP1) K2
HPP2 = harga pokok penjualan yang sesungguhnya
HPP1 = harga pokok penjualan menurut budget/tahun
sebelumnya
K2 = kwantitas produk yang sesungguhnya
dijual
Apabila (HPP2 – HPP1)
menghasilkan angka positif berarti HPP mengalami kenaikan berarti menunjukan
keadaan yang merugikan sebaliknya bila hasilnya negative berarti HPP menurun
dan berarti pula menguntungkan.
4.
perubahan kwantitas harga
pokok penjualan (cost volume varience), yaitu adanya perubahan harga pokok
penjualan karena adanya perubahan kwantitas/volume yang dijual atau yang
diproduksi.
Rumus :
(kwantitas
yang sesungguhnya – kwantitas menurut budget atau tahun sebelumnya) X harga
pokok menurut budget atau tahun sebelumnya.
Atau :
(K2 – K1) HPP1
K2 = kwantitas produk yang
sesungguhnya dijual/dihasilkan
K1 = kwantitas produk
menurut budget
HPP1 = harga pokok penjualan per
satuan barang menurut budget
Apabila
(K2 – K1) menghasilkan angka positif berarti kwantitas yang dijual bertambah
atau mengalami kenaikan maka HPP juga akan menunjukan tidak menguntungkan
(merugikan) sebaliknya bila hasilnya negative berarti ada penurunan biaya dan
menunjukan keadaan yang menguntungkan
2.3 contoh soal 1 :
Laporan perhitungan Rugi-laba dari
PT SINAR GEMILANG akhir tahun 2015 yang di perbandingkan dengan tahun 2014
menunjukan informasi sebagai berikut :
2014
|
2015
|
Kenaikan
|
|
Penjualan netto
|
Rp 200.000,-
|
Rp 253.000,-
|
Rp 53.000,-
|
Harga Pokok Penjualan
|
Rp 150.000,-
|
Rp 181.125,-
|
Rp 31.125,-
|
Laba Kotor
|
Rp 50.000,-
|
Rp 71.875,-
|
Rp 21.875,-
|
Kwantitas yang dijual
|
1.000
|
1.150
|
150
|
Harga jual per satuan
|
Rp 200,-
|
Rp 220,-
|
Rp 20,-
|
Harga pokok per satuan
|
Rp 150,-
|
Rp 157,50
|
Rp 7,50
|
Menurut
data diatas tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2015 menunjukan adanya kenaikan dalam
penjualan sebesar Rp 53.000,- dan kenaikan harga pokok penjualan Rp 31.125,-
sehingga laba kotor tahun 2015 dibandingkan tahun 2014 mengalami kenaikan
sebesar rp 21.875,-. Apakah yang menyebabkan kenaikan ini ? untuk mengetahui
sebab-sebab perubahan tersebut perlu dilakukan langkah-langkah analisa sebagai
berikut :
penyelesaian :
Langkah
1.
Menghitung
perubahan laba kotor yang disebabkan oleh faktor penjualan (faktor kwantitas
penjualan maupun faktor harga jual).
a. Penjualan 2015
Unit penjualan 2015 X
harga jual 2014
Kenaikan laba kotor karena
perubahan harga jual
|
Rp 253.000,-
Rp 230.000,-
Rp 23.000,- (laba)
|
Perubahan laba kotor yang disebabkan
adanya perubahan harga jual dapat ditentukan dengan mengunakan rumusnya yaitu :
(Hj2 – Hj1) K2 = (Rp 220 – Rp 200)
1.150 = Rp 23.000,-
b. Kwantitas penjualan 2015 x harga
jual 2014
Penjualan 2014
Kenaikan laba kotor karena
perubahan
kwantitas penjualan
|
Rp 230.000,-
Rp 200.000,-
Rp 30.000,- (laba)
|
Atau :
= (K2 – K1)
Hj1 = (1.150 – 1.000) Rp 200,- = Rp 30.000
Langkah 2.
Menghitung perubahan laba kotor yang
disebabkan oleh adanya perubahan harga pokok penjualan per satuan produk maupun
kwantitasnya.
a. Harga pokok penjualan 2015
Kwantitas
penjualan 2015 x harga pokok 2014
Kenaikan
harga pokok karena perubahan harga pokok
|
Rp 181.125,-
Rp 172.500,-
Rp
8.625,-
(rugi)
|
Atau :
= HPP2 – HPP1) K2
= (Rp 157,50 – Rp 150,- ) 1.150
= Rp 8.625,-
b. Kwantitas penjualan 2015 x harga
jual 2014
Harga
pokok penjualan 2015
Kenaikan
laba kotor karena perubahan kwantitas HPP
|
Rp 172.500,-
Rp 150.000,-
Rp 22.500,- (rugi)
|
Atau :
= (K2 – K1) HPP1
= (1.150 – 1.000) Rp 150,-
= Rp 22.500,-
PT SINAR GEMILANG
Laporan Perubahan Laba Kotor
Akhir tahun 2015 dengan 2014
|
||
Kenaikan penjualan yang disebabkan :
Kenaikan harga
jual
Kenaikan
kwantitas penjualan
Kenaikan harga pokok penjualan disebabkan :
Kenaikan harga
pokok per satuan produk
Kenaikan
kwantitas harga pokok penjualan
Kenaikan laba kotor……………………………….
|
Rp 23.000,-
Rp 30.000,-
Rp 8.625,-
Rp 22.500,-
|
Rp 53.000,-
Rp 31.125,-
Rp 21.875,-
|
Kenaikan
sektor penjualan sebesar Rp 53.000,- dan kenaikan harga pokok penjualan Rp
31.125,- dapat pula dianalisa factor-faktor penyebab perubahan tersebut dengan
cara :
a. Faktor kwantitas penjualan
Kenaikan penjualan karena naiknya
volume, jika tidak ada kenaikan harga jual.
Harga per unit 2014
Kenaikan kwantitas
Kenaikan laba kotor karena
kwantitas
Penjualan (Rp 200,- x 150)
b. Faktor harga jual :
Kenaikan penjualan karena kenaikan
harga jual, jika tidak ada kenaikan kwantitas penjualan :
Kenaikan harga jual
Volume (kwantitas) penjualan 2014
Kenaikan laba kotor karena harga
jual
(Rp 20,- x 1.000)
c. Faktor kwantitas penjualan dan
harga jual :
Kenaikan harga jual per satuan
dikalikan
kenaikan kwantitas penjualan (Rp
20,- x 150)
Total kenaikan laba bruto karena
penjualan
|
Rp 200,-
150
Rp 30.000,-
Rp 20,-
1.000
Rp 20.000,-
Rp 3.000,-
Rp 53.000,-
|
Kenaikan
harga pokok penjualan Rp 31.125,- dapat ditentukan faktor-faktor penyebabnya
sebagai berikut :
a. Faktor kwantitas :
Kenaikan harga pokok penjualan
karena kenaikan volume, jika tidak ada kenaikan harga pokok :
Harga
pokok 2014
Kenaikan kwantitas atau volume
Kenaikan kaena faktor kwantitas (Rp
150,- x 150)
b. Faktor harga pokok (biaya) :
Kenaikan harga pokok penjualan
karena kenaikan harga pokok per unit, jika tidak ada kenaikan dalam volume :
Kenaikan harga pokok per satuan
Volume (kwantitas) 2014
Kenaikan karena faktor harga pokok
(Rp 7,50 x 1.000)
c. Faktor kwantitas dan harga pokok :
Kenaikan
harga pokok per unit dikalikan kenaikan volume Rp 7,50 x 150
Total
kenaikan harga pokok penjualan
|
Rp 150,-
150
Rp 22.500,-
Rp 7,50
1.000
Rp 7.500,-
Rp 1.125,-
Rp 31.125,-
|
Ketika manajemen atau pihak-pihak
yang ingin mengetahui sifat atau pengaruh berbagai faktor terhadap perubahan
laba kotor maka laporan kepada manajemen atau pihak-pihak tersebut adalah :
PT SINAR GEMILANG
Laporan Perubahan dalam penjualan, Harga pokok penjualan
dan Laba kotor
akhir tahun 2015 dengan 2014
|
|||
Jumlah tahun 2015
Jumlah tahun 2014
Kenaikan
|
Penjualan
|
Harga Pokok Penjualan
|
Gross Profit
|
Rp 253.000,-
Rp 200.000,-
Rp 53.000,-
|
Rp 181.125,-
Rp 150.000,-
Rp 31.000,-
|
Rp 71.875,-
Rp 50.000,-
Rp 21.875,-
|
Kenaikan
– penurunan disebabkan oleh :
Faktor kwantitas
Faktor harga jual
Faktor harga pokok
Faktor kwantitas dan harga jual
Faktor kwantitas dan harga pokok
Jumlah
|
Rp 30.000,-
Rp 20.000,-
-
Rp 3.000,-
-
|
Rp 22.500,-
-
Rp 7.500,-
-
Rp 1.125,-
|
Rp 7.500,-
Rp 20.000,-
Rp 7.500,-
Rp 3.000,-
Rp 1.125,-
|
Rp 53.000,-
|
Rp 31.125,-
|
Rp 21.875,-
|
Analisa perubahan dalam penjualan,
harga pokok penjualan maupun dalam laba bruto ini dapat pula dilakukan terhadap
beberapa barang, misalnya PT SINAR GEMILANG disamping menjual barang A (seperti
data di atas) juga menjual barang B yang datanya sebagai berikut :
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Laba kotor
Kwantitas yang dijual
Harga jual per satuan
Harga pokok per satuan
|
2014
|
2015
|
Kenaikan/Penurunan
|
Rp 200.000,-
Rp 150.000,-
|
Rp 183.600,-
Rp 140.400,-
|
Rp
16.400,-
Rp 9.600,-
|
|
Rp 50.000,-
1.000
Rp 200,-
Rp 150,-
|
Rp 43.200,-
900
Rp 204,-
Rp 156,-
|
Rp 6.800,-
100
Rp
4,-
Rp
6,-
|
Dengan menggunakan prosedur analisa
yang sama seperti barang A maka untuk barang B ini dapat juga disusun laporan
perubahan penjualan, harga pokok penjualan dan laba kotor. Penyelesaian sebagai
berikut :
Kenaikan-penurunan
Dalam
penjualan :
faktor kwantitas
factor harga
factor kwantitas-harga
jumlah
Dalam
HPP :
Faktor kwantitas
Faktor biaya
Factor kwantitas biaya
Jumlah
Dalam
Laba kotor
|
Barang
|
Total
|
|
A
|
B
|
||
Rp 30.000,-
20.000,-
3.000,-
|
Rp 20.000,-
4.000,-
400,-
|
Rp 10.000,-
24.000,-
2.600,-
|
|
Rp 53.000,-
Rp 22.500,-
7.500,-
1.125,-
|
Rp 16.400,-
Rp 15.000,-
6.000,-
600,-
|
Rp 36.600,-
Rp 7.500,-
13.000,-
525,-
|
|
Rp 31.125,-
Rp 21.875,-
|
Rp 9.600,-
Rp 6.800,-
|
Rp 21.525,-
Rp 15.075,-
|
2.4 Contoh Soal 2 :
PT PARIS INDAH memiliki data laporan perhitungan laba-rugi yang berkaitan dengan perubahan laba kotor sebagai berikut.:
2001
2002 Perubahan
Penjualan
netto Rp.
200.000,00 Rp.
253.000,00
Rp.53.000,00
HPP
(Rp. 150.000,00) (Rp. 181.125,00)
(Rp.31.125,00)
Laba kotor
Rp.
50.000,00 Rp.
71.875,00 Rp.21.875,00
Kuantitas
penjualan 1.000
unit 1.150
unit 150 unit
Harga jual per
satuan Rp.
200,00 Rp. 220,00
Rp.20,00
Harga pokok per
satuan Rp.
150,00
Rp.
157,50 Rp. 7,50
Penyelesaian :
– Menghitung perubahan laba kotor yang disebabkan oleh
faktor perubahan penjualan:
* Perubahan harga (penjualan):
(Hj2
– Hj1) K2 = (Rp.220,00 – Rp.200,00) 1.150 = Rp. 23.000,00
* Perubahan kuantitas (penjualan):
(K2
– K1) Hj1 = (1.150 – 1.000)
Rp.200,00 = Rp. 30.000,00
– Menghitung perubahan laba kotor yang disebabkan oleh
faktor harga pokok penjualan (HPP):
* Perubahan harga (HPP):
(HPP2
– HPP1) K2 = Rp.157,50 – Rp.150,00) 1.150 = Rp. 8.625,00
* Perubahan kuantitas:
(K2
– K1) HPP1 = (1.150 – 1.000)
Rp.150,00 = Rp. 22.500,00
– Membuat laporan perubahan laba kotor dengan cara
memasukkan hasil perhitungan:
PT PARIS INDAH
LAPORAN PERUBAHAN LABA KOTOR
Akhir tahun 2001 dengan 2002
|
||
Kenaikan penjualan yang disebabkan:
– Kenaikan
harga jual
– Kenaikan
kuantitas penjualan
Kenaikan HPP disebabkan oleh:
– Kenaikan
harga pokok per satuan
– Kenaikan
kuantitas
HPP
Kenaikan laba kotor
………………………………
|
Rp
23.000,-
Rp
30.000,-
Rp
8.625,-
Rp
22.500,-
|
Rp
53.000,-
Rp 31.125
Rp 21.875
|
BAB
III
Analisa
Break Even Point (BEP)/Titik Impas
3.1 Pengertian Analisa Break Event Point
(BEP) :
Analisa Break Event Point (BEP) adalah titik dimana perusahaan belum
memperoleh keuntungan tetapi juga tidak dalam kondisi rugi. Atau BEP merupakan
suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya
variabel, keuntungan dan volume aktivitas. Masalah BEP baru akan muncul dalam
perusahaan apabila perusahaan tersebut mempunyai Biaya Variabel dan Biaya
Tetap.
Tujuan
analisa BEP adalah :
ü Mendesain spesifikasi produk (berkaitan
dengan biaya)
ü Penentuan harga jual persatuan
ü Produksi atau penjualan minimal agar
tidak mengalami kerugian
ü Memaksimalkan jumlah produksi
ü Perencanaan laba yang diinginkan.
Atau dengan kata lain Analisis
break event point (titik impas) adalah analisis laporan keuangan yang bertujuan
untuk mendapatkan informasi tentang tingkat penjualan minimal yang boleh
dilakukan perusahaan (tingkat penjualan yang tidak mendapatkan laba dan tidak
menderita rugi) serta estimasi besarnya laba/ rugi pada berbagai tingkat
penjualan.
Kelemahan-kelemahan dari analisis BEP
:
ü Perlu adanya asumsi
ü Bersifat statis
ü Tidak digunakan untuk mengambil
keputusan akhir
ü Tidak menyediakan pengujian aliran
kas yang baik
ü Hubungan penjualan dan biaya
3.2 Manfaat
Analisis Break Even Point (Titik
Impas)
ü Jumlah penjualan minimal harus
dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian;
ü Jumlah penjualan yang harus dicapai
untuk memperoleh keuntungan tertentu;
ü Seberapa jauhkah yang harus dicapai
untuk memperoleh keuntungan tertentu;
ü Seberapa jauhkah berkurangnya
penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi
ü Untuk mengetahui bagaimana efek
perubahan harga jual biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang
diperoleh.
3.3 Asumsi
dasar dalam analisa BEP antara lain :
a) Biaya dapat diklasifikasikan kedalam
kompunen biaya variabel dan biaya tetap;
b) Total biaya variabel berubah secara
proporsional dengan volume produksi atau penjualan, sedangkan total biaya
variabel per unit tetap konstan.
c) Total biaya tetap tidak mengalami
perubahan, meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan, sedangkan
biaya tetap / unit akan berubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
d) Harga jual per unit tidak akan
berubah selama periode melakukan analisa
e) Perusahaan hanya membuat dan menjual
satu jenis produk. Jika membuat dan menjual lebih dari satu jenis produk, maka
perbandingan penghasilan penjualan antara masing-masing produk (disebut sebagai
Sales Mix) akan tetap konstan.
f) Kapasitas produksi pabrik relatif
konstan
g) Harga faktor produksi relatif konstan
h) Efisiensi produksi tidak berubah
i)
Perubahan
padapersediaan awal dan akhir jumlhanya tidak berarti
j)
Volume
merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.
3.4 Prosedur
Analisis Break Event Point (BEP)
ü Mengidentifikasi budget penjualan,
baik kuantitas maupun harga per satuan
ü Mengidentifikasi budget biaya,
baik biaya tetap maupun biaya variable
ü Menghitung besarnya BEP, baik dalam
satuan maupun rupiah
ü Membuat grafik BEP, baik secara total maupun
terperinci.
3.5 BEP
dapat ditentukan dengan beberapa cara :
1.
Pendekatan grafik
sumbu X
: menggambarkan besarnya volume produksi atau penjualan (dalam ribuan unit)
sumbu Y
: menggambarkan besarnya biaya dan penghasilan penjualan (dalam jutaan rupiah)
titik
E:
adalah titik impas.
Dalam
penentuan titik break even dapat pula dilakukan dengan grafik, karna dengan
grafik break even management akan mengetahui hubungan antara biaya, penjualan
(volume penjualan) dan laba.
Selain
itu juga dapat mengetahui besarnya biaya yang tergolong biaya tetap dan biaya
variabel dan juga dapat mengetahui tingkat-tingkat penjualan yang masih
menimbulkan kerugian dan tingkat-tingkat penjualan yanag sudah menimbulkan laba
atau besarnya rugi atau laba pada suatu tingkat penjualan tertentu.
ü Langkah pertama dalam menyusun grafik break even adalah
menarik sumbu vertikal dan sumbu horizontal diatas kertas grafik tersebut dari
satu titik yang sama (mulai 0).
ü Langkah berikutnya adalah memasukan data budget ke dalam
break even tersebut.
(penjelasan grafik)
ü Garis
penjualan digambarkan mulai titik nol pada pojok kiri bawah menuju pojok kanan
atas atau sampai pada jumlah Rp 40 yaitu jumlah penjualan pada kapasitas 100%.
ü Garis
jumlah biaya digambarkan mulai dari titik biaya tetap pada sumbu vertical atau
dengan menggambarkan biaya variabel dari titik biaya tetpa tersebut ke kanan
sampai pada jumlah 2000.
ü Garis
biaya tetap digambarkan sejajar dengan sumbu horizontal, yang digambarkan pada
titik sejumlah 20 pada sumbu vertical. Dan BEP terjadi pada titik persilangan antara garis penghasilan
penjualan dan garis total biaya.
2.
Pendekatan Matematis
Rumusnya adalah :
a.
BEP
(unit) = Total Biaya Tetap / (Harga jual/unit – Biaya Variabel/unit).
b.
BEP
(Rp) = Total Biaya Tetap / (1- (Total biaya avriabel / total hasil penjualan)
Margin of safety adalah batas keamanan yang
menyatakan sampai seberapa jauh volume penjualan yang dianggarkan boleh turun
agar perusahaan tidk menderita rugi atau dengan kata lain, batas maksimum
penurunan volume penjualan yang dianggarkan, yang tidak mengakibatkan kerugian.
MoS = budget sales/BEP x 100% (penjualan yang direncanakan)
MoS = (Budget Sales
– BEP) / Budget Sales x 100 % (penjualan
tingkat keamanan)
Budget Sales adalah jumlah penjualan yang telah
ditargetkan
Contoh : budget sebuah perusahaan
Rp 500.000.000, BEP Rp 300.000.000,
hitunglah tingkat penjualan yang direncanakan dan tingkat keamanan dalam
penjualannya?
Jawab :
Mos = Rp 500.000.000/Rp 300.000.000
x 100% = 166,66% dibulatkan jadi 167%
MoS = Rp 500.000.000-Rp 300.000.000/Rp
500.000.000 x 100% = 40%
Hasil diatas menunjukan bahwa
tingkat penjualan tidak boleh kurang atau turun 40% dari tingkat penjualan yang
direncanakan 167%. Jika margin of safety ditentukan berdasarkan hasil penjualan
dapat dicari sebagai berikut :
Pertama : 167% x Rp 300.000.000 = Rp
501.000.000
Kedua : 40% x Rp 500.000.000 = Rp 200.000.000
3.6 Contoh
Soal 1:
1. Rencana
penjualan tahun 2000 meliputi kedua jenis produk adalah sbb :
a.
Penjualan
Nama Produk
|
Jumlah Unit
|
Harga /unit
|
Total
|
Produk A
|
15.000
|
Rp 1.000,-
|
Rp 15.000.000
|
Produk B
|
10.000
|
Rp 750,-
|
Rp 7.500.000
|
Biaya Variabel Produk A
|
15.000
|
Rp 500
|
Rp 7.500.000
|
Biaya variabel Produk B
|
10.000
|
Rp 300
|
Rp 3.000.000
|
Biaya Tetap keseluruhan Rp 5.000.000
setahun.
Dengan data tersebut kita diminta
untuk :
1.
Menentukan BEP perusahaan secara keseluruhan dalam Rupiah
2.
Menentukan BEP produk A dalam unit
3.
Menentukan BEP produk B dalam unit
penyelesaian :
A.
Menentukan BEP perusahaan secara keseluruhan dalam Rupiah
Rumus
:
BEP (Rp) = Total Biaya Tetap / (1-
(Total biaya variabel / total penjualan)
BEP = 5.000.000 / (1-
(7.500.000+3.000.000) / (15.000.000+7.500.000)
BEP = 5.000.000 / (1 - 0.47)
BEP = 5.000.000 / 0.53
BEP = Rp 9.433.962,26 dibulatkan Rp 9.433.962,-
B.
Menentukan BEP produk A dalam unit
Rumus
:
BEP (unit) Produk A
= Total Biaya Tetap / (Harga
jual/unit – Biaya Variabel/unit).
BEP = 5.000.000 / (1.000 – 500)
BEP = 10.000 unit
C.
Menentukan BEP produk B dalam unit
Rumus
:
BEP (unit) Produk B
= Total Biaya Tetap / (Harga
jual/unit – Biaya Variabel/unit).
BEP = 5.000.000 / (750 – 300)
BEP = 11.111,11 unit dibulatkan 11.111 unit
3.7 Contoh
soal 2 :
Sebuah perusahaan menjual 100.000
buah hasil produksi dengan harga Rp 20,- /buah. Biaya variabel per buah barang
adalah Rp 14,- (yang Rp 11,- adalah biaya produksinya dan sisanya adalah biaya
pemasaran). Biaya tetap, terjadinya secara merata jumlahnya Rp 792.000 (yang Rp
500.000,- biaya produksi dan lainnya adalah biaya pemasaran.
pembuatkan
tabel angka –nya untuk memudahkan mengerjakan :
Total Unit
|
Harga Jual
/ unit
|
Biaya Variabel/unit
|
B.adm
& pemasaran
|
100.000
|
Rp
20
|
Rp
11
|
Rp
3/unit
|
Biaya Tetap
|
Rp 500.000
|
Rp
292.000
|
Note :
biaya
tetap adalah biaya
yang jumlah totalnya tetap tidak berubah dalam range output tertentu, tetapi
untuk setiap satuan produksi akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan
produksi. Semakin besar hasil produksi,maka biaya tetap persatuan akan semakin
kecil, sebaliknya semakin rendah hasil produksi maka biaya tetap persatuan akan
semakin besar
biaya
Variabel adalah biaya
yang jumlah totalnya akan naik turun sebanding dengan hasil produksi atau
volume kegiatan, tetapi untuk setiap satuan produksi akan tetap.
Pertanyaan :
1.
Tentukan BEP / rupiah dan unit
2.
Menghitung berapa buah barang yang harus dijual agar perusahaan untung Rp
90.000,-
penyelesaian :
A.
Tentukan BEP dalam unit
Rumus :
BEP
(unit) = Total Biaya Tetap / (Harga jual/unit – Biaya Variabel/unit).
BEP
= 792.000 / (20 – 14)
BEP
= 792.000 / 6
BEP
= 132.000 unit
Tentukan BEP
dalam rupiah
Rumus
:
BEP (Rp) =
Total Biaya Tetap / (1- (Total biaya
variabel / total hasil penjualan)
BEP
= 792.000 / (1 – (1.400.000/2.000.000)
BEP
= 792.000 / 0.3
BEP
= Rp 2.640.000,-
B. Menghitung berapa buah barang yang harus
dijual agar perusahaan untung Rp 90.000,-.
LABA = HARGA JUAL – TOTAL BIAYA
90.000
= X – (b. Variabel + biaya tetap)
90.000
= x – (1.400.000 + 792.000)
90.000
= x – 2.192.000
X
= 2.192.000 + 90.000
X
= Rp 2.282.000,-
Jadi
harga jualnya Rp 2.282.000,-.
3.8 Pengembangan
Formula BEP (BREAK EVEN POINT)
BEP
TR = TC
Dimana :
TR =
Total Revenue
TC = Total Cost
Pengembangannya dengan membentuk
persamaan linier sederhana dibawah ini :
TR = TC
TR – TC = 0
Langkahnya adalah sbb :
1.
Menurunkan rumus TR
TR = Harga per unit x Qty
2.
Menurunkan Rumus TC
TC = VC + FC
Dimana :
VC = Variabel Cost (Biaya Variabel)
FC
= Fixed Cost (biaya Tetap)
TC = VC + TC
TC = (Qty + Unit Variabel cost) + Fix Cost
3.
Membuat persamaan Linier
TR – TC = 0
(Harga per unit x Qty) – ((Qty + Unit Variabel cost) + Fix
Cost) = 0, ATAU
(Harga per unit x Qty) – (Qty + Unit Variabel cost) - + Fix
Cost = 0
Qty x (Harga per unit – Unit Variabel cost) = Fixed Cost
Keterangan :
ü Q
(Quantity ) adalah barang yang akan dijual,
yang dalam perusahaan manufaktur tentunya diproduksi terlebih dahulu;jumlah
ü R (Revenue ) adalah pendapatan, yang dalam
perusahaan manufaktur biasanya didominasi oleh Sales, yang mana Sales
(penjualan) adlah jumlah terjual (Qty x Unit produk yang terjual);
ü Unit Price (harga per unit) adalah harga per
unit dari barang yang akan dijual;
ü VC (Variabel Cost) adalah cost yang timbul akibat
diproduksinya suatu barang, artinya segala yang cost yang terjadi untuk
memproduksi suatu barang. Jika kita lihat pada Laporan Laba Rugi , Variabel
Cost akan tergolong ke dalam kelompok “Cost
of Good Sales”, atau Harga pokok penjualan. Yang pada perusahaan manufaktur
umumnya terdiri dari :
ü Bahan Baku (Raw Material);
ü Bahan penolong ;
ü Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL)
atau Direct Labour Cost
ü BOP (Overhead Pabrik) yang biasanya terdiri dari penyusutan Gedung
Pabrik, Penyusutan Mesin yang menggunakan unit production output, Maintenance,
Listrik, pengiriman dll
ü Unit Variabel Cost adlah besarnya variabel cost yang
ditimbulkan untuk membuat satuunit produk tertentu, yang besarnya diperoleh
dengan cara membagi total variabel cost(Variabel
Cost) dengan jumlah product yang dibuat (Qty).
ü Fixed Cost adalah cost yang akan terjadi
akibat penggunaan sumber daya tertentu yang penggunaannya tanpa dipengaruhi
oleh banyak sedikitnya produk yang diproduksi.
Misalnya adalah Biaya operasional
seperti payroll dan biaya perlengkapan kantor, biaya sewa, dan biaya penyusutan
dan amortisasi yang menggunakan metode garis lurus.
3.9 Keterbatasan
Analisis Break Even Point
BEP dapat dirasakan manfaatnya
apabila titik BEP dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini
dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual adalah konstan, karena naik
turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even.
Dalam kenyataannya analisis ini agak
sukar untuk diterapkan. Oleh sebab itu bagi analis perlu diketahui bahwa
analisi BEP mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu :
a. Fixed
Cost haruslah konstan selama periode
atau range of out put tertentu;
b. Variabel
Cost dalam hubungannya dengan sales
haruslah konstan;
c. Sales
Price per unit
tidak berubah dalam periode tertentu;
d. Sales
Mix adalah konstan.
3.10 Berdasarkan
limitasi-limitasi tersebut, BEP akan bergeser atau berubah apabila :
1. Perubahan, terjadi sebagai akibat
bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan ini ditandai dengan naik
turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi
kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keats atau sebaliknya;
2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan
menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biaya VC per unit akan
menggeser BEP ke atas atau sebaliknya;
3. Perubahan dalam Sales Price per unit
Perubahan ini akan mempengaruhi
miringnya garis total revenue (TR).
Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya
adalah tetap, akan menggeser ke bawah atau sebaliknya;
4. Terjadinya perubahan dalam sales mix
Apabila suatu perusahaan memproduksi
lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu
produk dengan produk lain (sales mix)
haruslah tetap. Apabila terjadiperubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada
produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pendapatan sebagai
salah satu elemen penentuan laba rugi suatu perusahaan belum mempunyai
pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan pendapatan biasanya dibahas dalam
hubungannya dengan pengukuran dan waktu pengakuan pendapatan itu sendiri.
Analisis perubahan
laba kotor adalah analisis laporan keuangan yang bertujuan un-tuk mendapatkan
informasi tentang sebab-sebab terjadinya perubahan laba kotor.
Analisa Break Event
Point (BEP) adalah titik dimana perusahaan belum memperoleh keuntungan
tetapi juga tidak dalam kondisi rugi. Atau BEP merupakan suatu teknik analisa
untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan
volume aktivitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar