Rabu, 15 Juni 2016

Analisa BEP



BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang

Analisis titik impas (BEP) atau analisis pulang pokok merupakan salah satu analisis keuangan yang sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan. Salah satu kegunaan analisis titik impas adalah untuk mengetahui pada jumlah berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya. Analisis titik impas memberikan pedoman tentang berapa jumlah produk minimal yang harus diproduksi atau dijual. Maka dari itu dalam makalah ini kita akan membahas tentang bagaimana menganalisis perubahan pendapatan dan analisis Break Event Point atau analisis titik impas.

1.2              Tujuan Penulisan

1.      Mengetahui pengertian dari Analisis Titik Impas (BEP)?
2.      Mengetahui cara Analisis Titik Impas (BEP) ?














BAB II
PEMBAHASAN
Analisa Break Even Point (BEP)/Titik Impas


2.1       Pengertian Analisa Break Event Point (BEP)
Analisa Break Event Point (BEP) adalah titik dimana perusahaan belum memperoleh keuntungan tetapi juga tidak dalam kondisi rugi. Atau BEP merupakan suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume aktivitas. Masalah BEP baru akan muncul dalam perusahaan apabila perusahaan tersebut mempunyai Biaya Variabel dan Biaya Tetap.

2.2              Tujuan analisa BEP
Adapun tujuan analisa sebagai berikut :
ü  Mendesain spesifikasi produk (berkaitan dengan biaya)
ü  Penentuan harga jual persatuan
ü  Produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian
ü  Memaksimalkan jumlah produksi
ü  Perencanaan laba yang diinginkan.
Atau dengan kata lain Analisis break event point (titik impas) adalah analisis laporan keuangan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang tingkat penjualan minimal yang boleh dilakukan perusahaan (tingkat penjualan yang tidak mendapatkan laba dan tidak menderita rugi) serta estimasi besarnya laba/ rugi pada berbagai tingkat penjualan.

2.3       Kelemahan-kelemahan dari analisis BEP :
ü  Perlu adanya asumsi
ü  Bersifat statis
ü  Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir
ü  Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik
ü  Hubungan penjualan dan biaya

2.4       Manfaat Analisis Break Even Point (Titik Impas)
ü  Jumlah penjualan minimal harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian;
ü  Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu;
ü  Seberapa jauhkah yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu;
ü  Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi
ü  Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
2.5       Asumsi dasar dalam analisa BEP antara lain :
a)      Biaya dapat diklasifikasikan kedalam kompunen biaya variabel dan biaya tetap;
b)      Total biaya variabel berubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan, sedangkan total biaya variabel per unit tetap konstan.
c)      Total biaya tetap tidak mengalami perubahan, meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan, sedangkan biaya tetap / unit akan berubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
d)     Harga jual per unit tidak akan berubah selama periode melakukan analisa
e)      Perusahaan hanya membuat dan menjual satu jenis produk. Jika membuat dan menjual lebih dari satu jenis produk, maka perbandingan penghasilan penjualan antara masing-masing produk (disebut sebagai Sales Mix) akan tetap konstan.
f)       Kapasitas produksi pabrik relatif konstan
g)      Harga faktor produksi relatif konstan
h)      Efisiensi produksi tidak berubah
i)        Perubahan padapersediaan awal dan akhir jumlhanya tidak berarti
j)        Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.

2.6       Prosedur Analisis Break Event Point  (BEP)
ü  Mengidentifikasi budget penjualan, baik kuantitas maupun harga per satuan
ü  Mengidentifikasi budget  biaya, baik biaya tetap maupun biaya variable
ü  Menghitung besarnya BEP, baik dalam satuan  maupun rupiah
ü  Membuat grafik BEP,  baik secara total maupun terperinci.
3.5       BEP dapat ditentukan dengan beberapa cara :
1.       Pendekatan grafik
sumbu X : menggambarkan besarnya volume produksi atau penjualan (dalam ribuan unit)
sumbu Y : menggambarkan besarnya biaya dan penghasilan penjualan (dalam jutaan rupiah)
titik E: adalah titik impas.
Dalam penentuan titik break even dapat pula dilakukan dengan grafik, karna dengan grafik break even management akan mengetahui hubungan antara biaya, penjualan (volume penjualan) dan laba.
Selain itu juga dapat mengetahui besarnya biaya yang tergolong biaya tetap dan biaya variabel dan juga dapat mengetahui tingkat-tingkat penjualan yang masih menimbulkan kerugian dan  tingkat-tingkat penjualan yang sudah menimbulkan laba atau besarnya rugi atau laba pada suatu tingkat penjualan tertentu.
ü  Langkah pertama dalam menyusun grafik break even adalah menarik sumbu vertikal dan sumbu horizontal diatas kertas grafik tersebut dari satu titik yang sama (mulai 0).
ü  Langkah berikutnya adalah memasukan data budget ke dalam break even tersebut.
(penjelasan grafik)
ü  Garis penjualan digambarkan mulai titik nol pada pojok kiri bawah menuju pojok kanan atas atau sampai pada jumlah Rp 40 yaitu jumlah penjualan pada kapasitas 100%.
ü  Garis jumlah biaya digambarkan mulai dari titik biaya tetap pada sumbu vertical atau dengan menggambarkan biaya variabel dari titik biaya tetpa tersebut ke kanan sampai pada jumlah 2000.
ü  Garis biaya tetap digambarkan sejajar dengan sumbu horizontal, yang digambarkan pada titik sejumlah 20 pada sumbu vertical. Dan BEP terjadi pada titik persilangan antara garis penghasilan penjualan dan garis total biaya.






Contoh soal dalam pendekatan grafik BEP :
Data budget dari perusahaan “Nurviati & Co” tahun1979 dirubah sebagai berikut :
Volume Penjualan
Hasil Penjualan
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Jumlah Biaya
Laba (Rugi)

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
                          10,000
                     2,500,000
                  18,000,000
                    1,300,000
                   19,300,000
                (16,800,000)
                          20,000
                     5,000,000
                  18,000,000
                    2,600,000
                   20,600,000
                (15,600,000)
                          30,000
                     7,500,000
                  18,000,000
                    3,900,000
                   21,900,000
                (14,400,000)
                          40,000
                   10,000,000
                  18,000,000
                    5,200,000
                   23,200,000
                (13,200,000)
                          50,000
                   12,500,000
                  18,000,000
                    6,500,000
                   24,500,000
                (12,000,000)
                          60,000
                   15,000,000
                  18,000,000
                    7,800,000
                   25,800,000
                (10,800,000)
                          70,000
                   17,500,000
                  18,000,000
                    9,100,000
                   27,100,000
                   (9,600,000)
                          80,000
                   20,000,000
                  18,000,000
                  10,400,000
                   28,400,000
                   (8,400,000)
                    90,000
                   22,500,000
                  18,000,000
                  11,700,000
                   29,700,000
                   (7,200,000)
                        100,000
                   25,000,000
                  18,000,000
                  13,000,000
                   31,000,000
                   (6,000,000)
                        110,000
                   27,500,000
                  18,000,000
                  14,300,000
                   32,300,000
                   (4,800,000)
                        120,000
                   30,000,000
                  18,000,000
                  15,600,000
                   33,600,000
                   (3,600,000)
                        130,000
                   32,500,000
                  18,000,000
                  16,900,000
                   34,900,000
                   (2,400,000)
                        140,000
                   35,000,000
                  18,000,000
                  18,200,000
                   36,200,000
                   (1,200,000)
                        150,000
                   37,500,000
                  18,000,000
                  19,500,000
                   37,500,000
                                      -
                        160,000
                   40,000,000
                  18,000,000
                  20,800,000
                   38,800,000
                     1,200,000
                        170,000
                   42,500,000
                  18,000,000
                  22,100,000
                   40,100,000
                     2,400,000
                        180,000
                   45,000,000
                  18,000,000
                  23,400,000
                   41,400,000
                     3,600,000
                        190,000
                   47,500,000
                  18,000,000
                  24,700,000
                   42,700,000
                     4,800,000
                        200,000
                   50,000,000
                  18,000,000
                  26,000,000
                   44,000,000
                     6,000,000

Dari tabel tersebut dapat digambarkan grafik break even dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a)      Pertama-tama garis biaya tetap digambarkan sejajar dengan sumbu horizontal, yang digambarkan pada titik sejumlah Rp 18.000.000,- pada sumbu vertical.
b)      Garis jumlah biaya digambarkan mulai dari titik biaya tetap pada sumbu vertical atau dengan menggambarkan biaya variabel dari titik biaya tetap tersebut ke kanan sampai pada jumlah Rp 50.00.000,- yaitu jumlah biaya pada kapasitas
c)      Garis penjualan digambarkan mulai titik nol pada pojok kiri bawah menuju pojok kanan atas atau sampai pada jumlah Rp 60.000.000,- yaitu jumlah penjualan pada kapasitas 100%
































































Dengan melihat grafik Break even yang nampak dalam gambar tersebut, dapat diketahui bahwa titik break even terjadi pada suatu titik dimana terjadi perpotongan antara garis penjualan dengan garis jumlah biaya, dari titik perpotongan tersebut bila ditarik ke kiri diketahui tingkat penjualan (dalam rupiah) minimal yang harus dicapai serta biaya yang terjadi, sedangkan apabila ditarik ke bawah diketahui jumlah penjualan (dalam satuan) yang harus dicapai. Informasi lain yang dapat diperoleh dari bagan tersebut yaitu tentang besarnya laba atau rugi pada berbagai tingkat penjualan, misalnya pada tingkat penjualan 100.000 satuan atau 200.000 satuan maka dengan mudah dapat diketahui besarnya kerugian atau laba dengan menarik garis penjualan dan garis jumlah biaya ke kiri dari tingkat penjualan 100.000 satuan dan 200.000 satuan.


2.   Pendekatan Matematis
Rumusnya adalah :
a.              BEP (unit) = Total Biaya Tetap / (Harga jual/unit – Biaya Variabel/unit).
b.              BEP (Rp) = Total Biaya Tetap / (1- (Total biaya avriabel / total hasil penjualan)
Margin of safety adalah batas keamanan yang menyatakan sampai seberapa jauh volume penjualan yang dianggarkan boleh turun agar perusahaan tidk menderita rugi atau dengan kata lain, batas maksimum penurunan volume penjualan yang dianggarkan, yang tidak mengakibatkan kerugian.
MoS = budget sales/BEP x 100% (penjualan yang direncanakan)
MoS = (Budget Sales – BEP) / Budget Sales x 100 % (penjualan tingkat keamanan)
Budget Sales adalah jumlah penjualan yang telah ditargetkan

Contoh : budget sebuah perusahaan Rp  500.000.000, BEP Rp 300.000.000, hitunglah tingkat penjualan yang direncanakan dan tingkat keamanan dalam penjualannya?
Jawab :
Mos = Rp 500.000.000/Rp 300.000.000 x 100% = 166,66% dibulatkan jadi 167%
MoS = Rp 500.000.000-Rp 300.000.000/Rp 500.000.000 x 100% = 40%
Hasil diatas menunjukan bahwa tingkat penjualan tidak boleh kurang atau turun 40% dari tingkat penjualan yang direncanakan 167%. Jika margin of safety ditentukan berdasarkan hasil penjualan dapat dicari sebagai berikut :
Pertama : 167% x Rp 300.000.000 = Rp 501.000.000
Kedua    : 40% x Rp 500.000.000 = Rp 200.000.000






3.6       Contoh Soal 1:
1.         Rencana penjualan tahun 2000 meliputi kedua jenis produk adalah sbb :
a.       Penjualan          
Nama Produk
Jumlah Unit
Harga /unit
Total
Produk A
15.000
Rp 1.000,-
Rp 15.000.000
Produk B
10.000
Rp 750,-
Rp 7.500.000
Biaya Variabel Produk A
15.000
Rp 500
Rp 7.500.000
Biaya variabel Produk B
10.000
Rp 300
Rp 3.000.000
Biaya Tetap keseluruhan Rp 5.000.000 setahun.
Dengan data tersebut kita diminta untuk :
1.       Menentukan BEP perusahaan secara keseluruhan dalam Rupiah
2.       Menentukan BEP produk A dalam unit
3.       Menentukan BEP produk B dalam unit

penyelesaian :

A.      Menentukan BEP perusahaan secara keseluruhan dalam Rupiah
Rumus :
BEP (Rp) = Total Biaya Tetap / (1- (Total biaya variabel / total penjualan)
BEP = 5.000.000 / (1- (7.500.000+3.000.000) / (15.000.000+7.500.000)
BEP = 5.000.000 / (1 - 0.47)
BEP = 5.000.000 / 0.53
BEP = Rp 9.433.962,26 dibulatkan Rp 9.433.962,-

B.      Menentukan BEP produk A dalam unit
Rumus :
BEP (unit) Produk A
= Total Biaya Tetap / (Harga jual/unit – Biaya Variabel/unit).
BEP = 5.000.000 / (1.000 – 500)
BEP = 10.000 unit

C.       Menentukan BEP produk B dalam unit
Rumus :
BEP (unit) Produk B
= Total Biaya Tetap / (Harga jual/unit – Biaya Variabel/unit).
BEP = 5.000.000 / (750 – 300)
BEP = 11.111,11 unit dibulatkan 11.111 unit



3.7       Contoh soal 2 :
Sebuah perusahaan menjual 100.000 buah hasil produksi dengan harga Rp 20,- /buah. Biaya variabel per buah barang adalah Rp 14,- (yang Rp 11,- adalah biaya produksinya dan sisanya adalah biaya pemasaran). Biaya tetap, terjadinya secara merata jumlahnya Rp 792.000 (yang Rp 500.000,- biaya produksi dan lainnya adalah biaya pemasaran.
pembuatkan tabel angka –nya untuk memudahkan mengerjakan :
Total Unit
Harga Jual / unit
Biaya Variabel/unit
B.adm & pemasaran
100.000
Rp 20
Rp 11
Rp 3/unit
Biaya Tetap
          Rp 500.000
Rp 292.000
Note :
biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap tidak berubah dalam range output tertentu, tetapi untuk setiap satuan produksi akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan produksi. Semakin besar hasil produksi,maka biaya tetap persatuan akan semakin kecil, sebaliknya semakin rendah hasil produksi maka biaya tetap persatuan akan semakin besar
biaya Variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan naik turun sebanding dengan hasil produksi atau volume kegiatan, tetapi untuk setiap satuan produksi akan tetap.

Pertanyaan :
1.       Tentukan BEP / rupiah dan unit
2.       Menghitung berapa buah barang yang harus dijual agar perusahaan untung Rp 90.000,-

penyelesaian :

A.      Tentukan BEP dalam  unit
Rumus :
BEP (unit) = Total Biaya Tetap / (Harga jual/unit – Biaya Variabel/unit).
BEP = 792.000 / (20 – 14)
BEP = 792.000 / 6
BEP = 132.000 unit

Tentukan BEP dalam rupiah
Rumus :
BEP (Rp) =
Total Biaya Tetap / (1- (Total biaya variabel / total hasil penjualan)
BEP = 792.000 / (1 – (1.400.000/2.000.000)
BEP = 792.000 / 0.3
BEP = Rp 2.640.000,-

B.        Menghitung berapa buah barang yang harus dijual agar perusahaan untung Rp 90.000,-.
LABA = HARGA JUAL – TOTAL BIAYA
90.000 = X – (b. Variabel  + biaya tetap)
90.000 = x – (1.400.000 + 792.000)
90.000 = x – 2.192.000
X = 2.192.000 + 90.000
X = Rp 2.282.000,-
Jadi harga jualnya Rp 2.282.000,-.


3.8       Pengembangan Formula BEP (BREAK EVEN POINT)

BEP
TR = TC
Dimana :
TR =  Total Revenue
TC = Total Cost
Pengembangannya dengan membentuk persamaan linier sederhana dibawah ini :
TR = TC
TR – TC = 0
Langkahnya adalah sbb :
1.       Menurunkan rumus TR
TR = Harga per unit x Qty  
2.       Menurunkan Rumus TC
TC = VC + FC
Dimana :
VC = Variabel Cost (Biaya Variabel)
FC  = Fixed Cost (biaya Tetap)
TC = VC + TC
TC = (Qty + Unit Variabel cost) + Fix Cost
3.       Membuat persamaan Linier
TR – TC = 0
(Harga per unit x Qty) – ((Qty + Unit Variabel cost) + Fix Cost) = 0, ATAU
(Harga per unit x Qty) – (Qty + Unit Variabel cost) - + Fix Cost = 0
Qty x (Harga per unit – Unit Variabel cost) = Fixed Cost




Keterangan :
ü  Q (Quantity ) adalah barang yang akan dijual, yang dalam perusahaan manufaktur tentunya diproduksi terlebih dahulu;jumlah
ü  R (Revenue ) adalah pendapatan, yang dalam perusahaan manufaktur biasanya didominasi oleh Sales, yang mana Sales (penjualan) adlah jumlah terjual (Qty x Unit produk yang terjual);
ü  Unit Price (harga per unit) adalah harga per unit dari barang yang akan dijual;
ü  VC (Variabel Cost) adalah cost yang timbul akibat diproduksinya suatu barang, artinya segala yang cost yang terjadi untuk memproduksi suatu barang. Jika kita lihat pada Laporan Laba Rugi , Variabel Cost akan tergolong ke dalam kelompok “Cost of Good Sales”, atau Harga pokok penjualan. Yang pada perusahaan manufaktur umumnya terdiri dari :
ü  Bahan Baku (Raw Material);
ü  Bahan penolong ;
ü  Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL) atau Direct Labour Cost
ü  BOP (Overhead Pabrik) yang biasanya terdiri dari penyusutan Gedung Pabrik, Penyusutan Mesin yang menggunakan unit production output, Maintenance, Listrik, pengiriman dll
ü  Unit Variabel Cost adlah besarnya variabel cost yang ditimbulkan untuk membuat satuunit produk tertentu, yang besarnya diperoleh dengan cara membagi total variabel cost(Variabel Cost) dengan jumlah product yang dibuat (Qty).
ü  Fixed Cost adalah cost yang akan terjadi akibat penggunaan sumber daya tertentu yang penggunaannya tanpa dipengaruhi oleh banyak sedikitnya produk yang diproduksi.
Misalnya adalah Biaya operasional seperti payroll dan biaya perlengkapan kantor, biaya sewa, dan biaya penyusutan dan amortisasi yang menggunakan metode garis lurus.

3.9       Keterbatasan Analisis Break Even Point

BEP dapat dirasakan manfaatnya apabila titik BEP dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual adalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even.
Dalam kenyataannya analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab itu bagi analis perlu diketahui bahwa analisi BEP mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu :
a.       Fixed Cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu;
b.      Variabel Cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan;
c.       Sales Price per unit tidak berubah dalam periode tertentu;
d.      Sales Mix adalah konstan.

3.10     Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BEP akan bergeser atau berubah apabila :

1.      Perubahan, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan ini ditandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keats atau sebaliknya;
2.      Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biaya VC per unit akan menggeser BEP ke atas atau sebaliknya;
3.      Perubahan dalam Sales Price per unit
Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser ke bawah atau sebaliknya;
4.      Terjadinya perubahan dalam sales mix
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadiperubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.














BAB IV
PENUTUP

4.1       Kesimpulan
Analisa Break Event Point (BEP) adalah titik dimana perusahaan belum memperoleh keuntungan tetapi juga tidak dalam kondisi rugi. Atau BEP merupakan suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume aktivitas. Untuk dapat menentukan tingkat break even, maka biaya yang terjadi harus dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap tidak berubah dalam range output tertentu. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan naik turun sebanding dengan hasil produksi atau volume kegiatan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar